Sabtu, 21 November 2009

Jalan Cinta Punggawa Keuangan Negara (Juz 2)

 

Jadikan cintaku pada Mu ya Alloh berhenti di titik keta’atan Meloncati rasa suka dan tak suka Karena aku tahu, mena’ati Mu dalam hal yang tak kusukai Adalah kepayahan, perjuangan, dan gelimang pahala Karena seringkali ketidaksukaanku, Hanyalah bagian dari ketidaktahuanku. (JCPP)

Tiga Pilihan Ke Tiga

Semester enam yang lalu aku dihadapkan pada polling tiga pilihan. Tiga pilihan dari delapan mata kuliah yang diperkenankan menjadi bidang Karya Tulis Tugas Akhir di Spesialisasi Akuntansi Pemerintahan.. Kutentukan tiga prioritas pilihan bidang karya tulis, HAKN, Akuntansi Keuangan, dan Akuntansi Pemerintahan. Saat itu, aku berfikir untuk mengambil yang mudah saja bagiku sebagai prioritas utama yaitu Hukum Administrasi Keuangan Negara. Lalu kuserahkan polling itu.

Pengumuman bidang karya tulis pun keluar. Jleb… tertulis namaku dengan bidang karya tulis Akuntansi Pemerintahan, prioritas ke Tiga, aku tak punya rencana apapun mengenai tema yang akan ku ambil di bidang Akuntansi Pemerintahan sementara konsepku adalah untuk HAKN. Sedikit kecewa dalam hatiku, “kenapa keinginanku tidak diakomodir? Sementara banyak teman-temanku yang mendapatkan bidang karya tulis sesuai prioritasnya? Ah, sudahlah… Akuntansi Pemerintahan? Memangnya kenapa, bukankah spesialisasiku juga Akuntansi Pemerintahan”. pikirku.

Ternyata memang Alloh maha tahu, Alloh mengetahui yang terbaik untuk hambaNya, sedangkan aku tidak. Bu Sumini menjadi pembimbing karya tulisku, beliau membimbing kami dengan baik juga perfeksionis. Beliau menginginkan yang terbaik bagi kami agar tak perlu banyak revisi ketika menyerahkan KTTA ke dosen penilai. Alhamdulillah, proses penulisan KTTA tak mengalami hambatan berarti walaupun harus revisi berulang-ulang, tapi itu membuat hasilnya tidak mengecewakan dan dapat dikumpulkan sesuai waktu yang di tetapkan oleh sekretariat. Belakangan ini kuketahui nilai dari Karya Tulis Tugas Akhirku adalah (A-) nilai tertinggi pada KTTA. Terima kasih kuucapkan pada Bu Sumini yang telah membimbingku dengan baik ^_^

Berbeda dengan sebagian teman-temanku yang mendapatkan bidang HAKN sesuai dengan prioritas utamanya, mereka mengalami kesulitan dalam penulisannya entah karena faktor apa. Bahkan teman sekelasku yang paling pertama menyelesaikan draft KTTA masih belum selesai ketika waktu yang telah ditetapkan sekretariat berakhir, dan akhirnya meminta perpanjangan waktu.

Alhamdulillah, sekali lagi ku teringat surat cinta dari Pemilik Cinta

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.s. 2; 216)

Saat berakhirnya perkuliahan di kampus biru yang sedang dalam pembangunan, aku kembali dihadapkan pada tiga pilihan, kini pilihan instansi penempatan. Ada tiga pilihan dan tidak boleh tidak ada yang dipilih. Setelah mengingat, menimbang, dan akhirnya meutuskan pilihan pertamaku jatuh kepada.. eng ing eng… Departemen Keuangan, ke dua BPK dan, yang terakhir BPKP.

Setelah direkap, ternyata yang menjadikan BPKP sebagai pilihan pertamanya ada satu orang dan yang menjadikannya pilihan ke dua ada enam belas orang, dan hal itu hampir bisa dipastikan akan diakomodir alias langsung masuk BPKP. Jadi masih butuh delapan orang lagi dari dua puluh lima orang lulusan akuntansi pemerintahan yang akan di alokasikan ke sana.

Hari yang ditunggu dari kewaktu akhirnya tiba, pengumuman pengalokasian lulusan STAN 2009 a.k.a Instansi Penempatan. Slash… lagi-lagi.. aku dan pilihan ke tigaku. Suasana hatiku saat itu seperti yang kugambarkan pada Jalan Cinta Punggawa Keuangan Negara (Juz 1)

Segera saja kutata hatiku, ku ubah sudut pandangku, kuingat kembali kisah tiga pilihan ke tiga sebelumnya yang ternyata berdampak lebih baik bagi diriku. Azzamkan dalam hati, “AKU ADALAH JUARA, KULIHAT SESUATU DENGAN SUDUT PANDANG JUARA”

jika mungkin terlintas pikiran Bu Menkeu tak ingin aku berada dalam barisannya, sang juara berpandangan Bu Menkeu percayakan BPKP padaku

jika mungkin terpikir BPK tak membutuhkan karyaku, sang juara berpikir BPKP lebih membutuhkan Karyaku

jika mungkin terpikir hancur istana harapanku, sang juara melihat ada istana megah baru yang harus di bangun

BPKP pun sedang menuju Reformasi Birokrasi dan membutuhkan peran kita, siapa lagi yang akan mengambil peran itu jika bukan kita. Karena kita adalah Juara, karena kita adalah orang-orang terpilih, karya kita dibutuhkan dimana-mana, maka Ambillah peran itu, Ambillah tanggung jawab itu, Ambillah tantangan itu di mana pun kita berada. Karena kita adalah SANG JUARA.

Pilihan ke tiga mungkin memang bukan keinginanku, tap pilihan ke tiga juga yang mengantarkanku kepada kebaikan seperti pilihan ke tiga bidang karya tulis tugas akhirku yang mengantarkanku pada nilai tertinggi untuk karya tulis.

So, buat teman-teman yang merasa sedih ataupun kecewa karena “kasih tak sampai” atau penempatan eselon satu depkeu nanti tak sesuai harapan, yakinlah bahwa janji Alloh itu benar, Alloh mengetahui yang terbaik bagi kita sedangkan kita tidak. Semoga kita terhindar dari putus asa karena hal itu tak kan membawa kebaikan apapun.

“..dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Qs. Yusuf:87)

Dan seperti kata d’masive “syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah, tetap jalani hidup ini melakukan yang terbaik” Yakinlah bahwa janji Illahi Robbi itu pasti, dan syukur akan membawa kita pada eskalasi, nikmat yang meninggi.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Qs. 14:7)

 

 

Padamu pewaris negeri harapan slalu terpatri

Azzam tetap membahana

Hingga terwujudkan janji

(Izzis: Pewaris Negeri)

Bangkitlah saudaraku, karena negeri ini membutuhkan kita dengan peran-peran kita, dengan ide-ide, dengan karya-karya kita kita dimanapun kita berada karena karena harapan itu masih ada

Bangkitlah negeriku

Harapan itu masih ada

Berjuanglah bangsaku

Jalan itu masih terbentang

(Shoutul Harokah: Bangkitlah Negeriku)

 

Alhaqqu mirrobbik falatakunanna minal mumtarin

Jalan Cinta Punggawa Keuangan Negara (Juz 1)

 

Jadikan cintaku pada Mu ya Alloh

berhenti di titik keta’atan

Meloncati rasa suka dan tak suka

Karena aku tahu, mena’ati Mu dalam hal yang tak kusukai

Adalah kepayahan, perjuangan, dan gelimang pahala

Karena seringkali ketidaksukaanku,

Hanyalah bagian dari ketidaktahuanku

(Jalan Cinta Para Pejuang)

 

Empat Huruf

“kumandang cinta mewarnai bergantinya hari, bukanlah hari-hari biasa”

Nada dering sms hpku berbunyi.. terlihat tulisan “Ishak GM” di layarnya. Kubuka sms itu. “Ihmas wa Istaqim” begitulah pesan singkat dari saudaraku yang kucintai karena Alloh (insya Alloh), Muhammad Ishak, sebut saja begitu (bukan nama yang tidak sebenarnya). Tanda Tanya mulai muncul di pikiranku karena sebelumnya al akh memberitahukan sudah ada pengumuman instansi penempatan di stan.ac.id. ku balas smsnya. “an msk apa akh” “BPKP” jawabnya singkat.

 

            Deg… empat huruf di layar hpku itu membuatku terdiam sejenak, tambah terasa berat kepalaku yang saat itu sedang sakit. Empat huruf itu seperti gempa yang meruntuhkan tiang-tiang impianku, empat huruf itu bak tsunami yang menghanyutkan taman citaku, empat huruf itu laksana puting beliung yang menerbangkan istana harapanku, empat huruf itu…

            Ya, memang seperti kata Charly St 12 “ tak pernah terpikir olehku, tak sedikitpun kubayangkan” tak terpikir olehku bahwa empat huruf itu akan menjadi tempatku merajut impian. Cita-citaku yang ku tulis dalam “life plan” bukanlah di sana. Bukan, bukan di sana.

Alhamdulillah.. Ilahi Robbi menyadarkanku rasa itu tak lama membelenggu hati dan pikiranku, tak ada gunanya meratapi nasib, menyerah pada keadaan dan terpuruk dalam diam.

Bergerak!!! segera kualihkan sudut pandangku, kunyalakan kembali cahaya harapan yang sempat padam,  ku buka lembaran hikmah yang tersembunyi. Ku ingat kembali perjalananku menapaki Jalan Cinta Punggawa Keuangan Negara.

 

Surat Cinta Penggugah Jiwa

Disaat kegalauan hatiku yang tak tentu, ku teringat sebuah surat cinta penggugah jiwa, menampar jiwaku dan mengembalikan kesadaranku:

 

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (As-shaff: 2-3)

 

Hari Selasa, tepatnya tanggal 17 November 2009 aku diminta untuk memberikan “pembekalan” bagi teman-teman pasundan (paguyuban mahasiswa stan dari kota hujan) yang juga lulus tahun 2009. Salah satu hal yang aku sampaikan seperti ini:

“Tentu kita berharap dapat ditempatkan di instansi yang kita cita-citakan selama ini. Ghirah (semangat) kerja kita mungkin akan tinggi dalam profesionalitas berkerja jika berkerja di tempat yang cocok dengan jiwa kita, keinginan kita. Tapi Alloh lah yang lebih mengetahui segala sesuatu yang terbaik bagi kita.” Seperti yang kutuliskan dalam Jalan Cinta Punggawa Keuangan Negara pada tulisan sebelumnya. Aku juga menyampaikan surat cinta peneguh jiwa:

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.s. 2; 216)

Ya, aku telah menyampaikannya, lalu mengapa aku tak melakukannya? Maka ku pancangkan kembali tiang-tiang impian itu, ku tata kembali taman cita itu, kubangun kembali istana harapan itu. Seperti kata “koes plus” “tak berguna, kau bersedih hati”, karena bersedih hati tak akan mengubah apapun. Sebaliknya semangat dan optimis akan mampu menggerakan otot-otot yang lemah, sendi-sendi yang kaku, dan tulang-tulang yang rapuh.

            Alloh mengetahui yang terbaik untuk hamba Nya, surat cinta itu bagaikan oasis di padang pasir saat musim panas, sungguh menyejukan. Keyakinan terhadap janji yang tak pernah dan tak akan pernah diingkari, keyakinan diberikan yang terbaik oleh Yang Maha Tahu meneguhkan kembali jiwa yang sempat rapuh.

“Melayani adalah kewajiban kami Meminta/menerima imbalan adalah korupsi”

Alhamdulillah, beres juga mengurus persyaratan administrasi (yang berhubungan dengan pihak ke-3) untuk pemberkasan CPNS. Memang tidak mudah, untuk mengurus semua itu memerlukan waktu tiga hari, melesat dari satu kantor ke kantor lainnya, berhadapan dengan birokrasi yang berlapis-lapis dan berbagai macam kisah pelik dan sedikit menggelitik.

Ada sedikit kisah menarik yang cukup unik untuk di tilik dengan segala pernak-pernik yang membuatku sedikit tergelitik dan ingin memberikan kritik bukan sekantung keripik apalagi seekor itik (halaaah…). Apa itu?

Ini sepenggal kisah yang ku alami dalam mengurus pemberkasan CPNS, tepatnya mengurus SKCK (Surat Catatan Cinta Kepolisian) eh (Surat Keterangan Catatan Kepolisian) mau di bikin (Surat Keterangan Cinta KPK) juga boleh. SKCK yang menjadi salah satu syarat pemberkasan mungkin menjadi yang paling ribet karena harus melalui tahapan birokrasi yang berlapis-lapis dari Rt, Rw, Kelurahan, Kecamatan, baru dapat diproses di Kepolisian.

Birokrasi di Negara kita yang mungkin bisa dibilang masih belum sampai pada tahap good governance (tata kelola pemerintahan yang baik) dan mengingat indeks persepsi korupsi Indonesia yang masih cukup rendah yaitu mendapatkan skor 2.8 (naik dari 2.6) yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke 5 di Asean tepat di bawah Thailand dan posisi ke 111 dari sekitar 160 negara, sulit untuk dihindari muncul dipikiran saya (mungkin dipikiran anda juga) bayangan tentang berbagai pungutan dalam melewati tahapan birokrasi. Terlebih lagi mendengar berbagai cerita dari teman-teman yang sudah mengurus SKCK lebih dulu. Astaghfirullohal ‘adzim (udah su’udzon duluan).

Aku langsung saja ke kelurahan, mencoba untuk memotong jalur birokrasi Rt/Rw seperti yang telah dilakukan oleh rekan seperjuangan. Sesampainya disana, rupanya tetap saja harus ada surat pengantar dari Rt/Rw. “Terjun” saya langsung mencoba menemui Rw (Rumahnya berada di bawah kelurahan), tetapi mungkin memang belum waktunya untuk bersilaturahim. Beliau tidak ada di tempat, sedang memenuhi undangan. Balik lagi ke kelurahan dengan harapan bisa langsung dip roses. Tetapi masih belum bisa juga, “coba ke ketua Rtnya mas” begitulah kira-kira katapetugas di sana. Okelah kalo begitu, ngebut menuju TKP, tapi lagi-lagi orang yang dituju sepertinya tidak ada di tempat. Ucapan salam berkali-kali pun tak ada jawaban. Ngebut lagi menuju kelurahan dengan sangat berharap surat pengantar dari kelurahan bisa di proses.

Alhamdulillah, kepala Lurah (eh apa namanya ya?) sangat pengertian. “ya sudah dari pada masnya bulak-balik, kita saling tolong menolong saja. Surat pengantar akan dibuatkan, tapi besok harus ke sini lagi bawa surat pengantar dari Rt/Rw” begitulah kata lelaki tua yang terlihat berwibawa dengan gaya bahasa serta kilauan putih rambutnya. Wokeeeey… Bos…! (ga ngomong gitu sih). Setelah dapat surat pengantar, saya ucapkan terimakasih dan langsung pergi meninggalkan TKP. Tak ingin bertanya “ada biaya administrasinya pak?” Dan ternyata, Alhamdulillah. Tidak di pungut biaya sepeserpun. Alhamdulillah, kali ini kecurigaan saya tidak terbukti.

Ingin segera menyelesaikan persyaratan hari itu juga, langsung pengangguran terselubung ini “tancap gas” ke kantor kecamatan yang letaknya jauuuuuuuuuuh bangets dari kantor kelurahan. Perjalanan ke sana harus 3 kali berganti angkot dengan biaya Rp 2000,00 masing-masing.

Puluhan menit berlalu dan akhirnya sampai juga di kantor kecamatan yang terletak di sebuah jalan kecil. Besarnya tak beda jauh dengan kantor kelurahan. Ku temui petugas yang berada di dekat pintu masuk lalu beliau menunjukan tempat untuk mendapatkan sebuah bubuhan tanda tangan di bawah kata “mengetahui”.

Sambil menunggu proses (ehm, jdi inget sesuatu kalo ngomongin proses :p), pria lajang berusia hampir 23 tahun ini duduk di ruang utama sambil melihat-lihat sekeliling. Ada hal yang menari perhatian saya. Pada sebuah dinding bercat kuning di sebelah kiri tepat di dekat pintu masuk ruang utama tergantung sebuah poster yang bertuliskan “Melayani adalah kewajiban kami Meminta/menerima imbalan adalah korupsi” Wah… luar bisaa, rupanya kacamatan ini sudah mulai berbenah pikir saya. Tapi ternyata eh ternyata setelah kudapatkan sebuah tanda tangan dan cap dari pemimpin kantor tersebut. Sang ibu petugas berkata kira-kira “biaya administrasinya berapa aja” Jleb.. ngik.. tuing tangtingtung, wok, serrr….duaaarrrr… kekaguman saya terhadap integritas kantor itu mulai luntur terbasuh oleh kata-kata “biaya administrasinya berapa aja”.

Sungguh rasanya ingin tersenym miris, ah mungkin hanya su’udzon saja, mungkin memang benar ada biaya administrasi untuk hal semacam ini. Lalu dengan wajah ramah dihiasi sedikit senyuman saya bertanya

“ untuk apa ya bu”

“untuk setoran kas”

“oh, kalo begitu saya minta bukti validasinya ya Bu”

“validasi apa”

“mungkin semacam kwitansi atau apa”

“kalo ga mau ngasih ya udah, ga usah pake nanya segala”

 

Begitulah kira-kira percakapan saya dengan petugas di kantor kecamatan tersebut (redaksinya mungkin tidak persis seperti yang saya tulis di atas). Laki-laki berjaket dengan tulisan “melangkah penuh makna berlari penuh arti”  ini pun pergi tanpa mengeluarkan “titipan” tapi menyisakan berbagai tanda tanya dalam pikirannya.

Masih teringat sebuah poster yang tergantung tadi dengan ilustrasi seorang pegawai yang sedang duduk di kursinya dengan uang pecahan seratus ribu berserakan di lantai dekat mejanya. Tidak adakah pengaruh poster tersebut? Apakah petugas tak pernah melihat/membacanya? Ataukah poster tersebut hanya dijadikan hiasan dinding? Ah, malang nian kau poster… kehadiranmu terlupakan, peranmu tersingkirkan, esensimu terabaikan. Apakah tak pernah ditanya hati nurani yang bersemayam dalam dada?

“mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya, dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah pa-apa yang syak dalam jiwa, dan ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan membenarkanmu.” (H.r. Muslim). Entahlah..

Hal ini membuatku teringat kembali akan sebuah kisah klasik yang diceritakan seorang dosen waktu kuliah dulu. Kira kira begini. “Jaman dulu, sulit untuk tidak mencari sumber dana lain, karena jika hanya mengandalkan dana dari pemerintah, akan sulit bahkan untuk membiayai operasional kantor”. Lalu apakah hal ini masih terjadi saat ini? Tidak cukupkah anggaran yang di alokasikan pemerintah untuk memberikan pelayanan terbaik kepada warga negaranya sehingga harus meminta setoran kas untuk sebuah bubuhan tanda tangan di bawah kata “mengetahui”? entahlah…

Tentunya budaya, eh, bukan budaya deng, karena kata dosen Budaya Nusantara, “budaya itu sesuatu yang bernilai tinggi”, maka sungguh tak pantas jika warisan penjajah yang buruk itu di kategorikan sebagai “kebudayaan”. Jadi mari kita sebut saja kebiasaan buruk peninggalan para penjajah yang merusak nilai-nilai luhur bangsa ini dengan “kebuayaan” (tanpa maksud menyinggung siapapun). Walaupun sudah dianggap wajar oleh sebagian besar masyarakat, tetapi Kebuayaan yang sudah berangsung berabad-abad ini tentunya tidak bisa dibiarkan terus menerus. Karena WAJAR BELUM TENTU BENAR. Karena kebenaran hakiki bukanlah berasal dari kesepakatan tapi berasal dari Ilahi Robbi yang juga ternanam dalam nurani.

 Saya jadi teringat kembali konsep yang diajarkan dosen etika profesi mengenai “LEGAL” dan “ETIS” ada yang Legal dan Etis, Legal tapi tidak Etis, tidak Legal tapi Etis, dan yang paling parah Tidak Legal dan Tidak Etis. Hayo… masih inget ga? Sebuah konsep yang menawarkan cara dalam bersikap mengahdapi kebiasaan di kalangan birokrat yang sebenarnya tidak hanya terikat dengan undang-undang tetapi juga oleh etika. Sejauh mana dapat berpegang pada prinsip Etis walaupun ada jaminan kelegalan dan sejauhmana dapat menghindari yang tidak legal walaupun terkesan etis.

Sekali lagi, kebiasaan seperti memang tidak sebaiknya dibiasakan dan dibiarkan terus lestari. Terlebih lagi di kalangan para birokrat yang seharusnya dapat menjadi teladan bagi rakyat sehingga kepercayaan masyarakat didapat.

Pilihanku Jalanku

 Life is choice… kata-kata itu mungkin sudah tak asing lagi bagi kita, ya.. karena hidup ini memang pilihan, sebuah pilihan yang mengantarkan kita pada pilihan-pilihan berikutnya. Pilihan-pilihan tersebut tentu membawa konsekuensi yang harus kita hadapi.

Terkadang kita dihadapkan pilihan yang sulit dan tidak tahu harus memilih yang mana yang terbaik, tapi kita tak perlu khawatir karena Rosulullah dengan risalahnya yang komprehensif telah menunjukan cara untuk menghindari keraguan, menghilangkan kebimbangan, yaitu memohon petunjuk kepada Pemilik Langit dan bumi, Yang mengetahui segala urusan, Allohu Robbul Izzati. Melalui istikhoroh.

Jabir r.a. berkata, “dulu, Rosululloh Saw. Mengajarkan istikharah kepada kami dalam segala urusan, seperti mengajarkan surah Al-Qur’an. Beliau bersabda ”apabila seorang di antara kamu akan melakukan sesuatu, maka hendaklah ia sholat sunnah dua rokaat lalu mengucapkan do’a. “ya Alloh, sesungguhnya, aku menginginkan yang terbaik dari-Mu dengan ilmu Mu. Aku meminta kemampuan dari kemampuan Mu, dan aku meminta kemuliaan Mu yang Agung. Sesungguhnya, Engkau Maha Kuasa dan aku tidak punya kuasa. Engkau Maha Mengetahui dan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui yang Ghaib. Ya Alloh, jika Engkau tahu bahwa urusan ini baik bagiku dalam agamaku, kehidupanku dan akhir urusanku, maka takdirkanlah ia untukku, dan berkahilah ia kepadaku. Tetapi, jika Engkau tahu bahwa urusan ini buruk bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akhir urusanku, maka jauhkanlah ia bagiku, dan jauhkandiriku darinya. Takdirkan untukku yang lebih baik lalu ridhoilah aku mendapatkannya.” Beliau bersabda, “ kemudian meyebutkan keperluannya.” (H.r. Bukhari”)

Yupz, Alloh yang mengetahui segala sesuatu, maka suatu kebaikan jika kita memohon petunjuk kepada Yang Maha Tahu. Tentunya memerlukan keikhlasan dan kepasrahan dalam hati untuk menerima apapun yang di berikan Alloh, bukan cenderung kepada sesutu lalu memohon peneguhan hati atau mungkin pembenaran atas kecenderungannya itu.

Dan memerlukan suatu keyakinan bahwa Alloh akan memberikan yang terbaik untuk kita, karena Alloh mengetahui apa yang kita butuhkan walaupun terkadang tak sesuai dengan keinginan.

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.s. 2; 216)

Wallohu’alam

Wengi ahadan sepi euy, sono pisan barudak GM.. Woi Dul... Nuju naraon anjeun? Lup yu pul dul..!

Selasa, 17 November 2009

Tes logika: 1. Kenapa waktu lampu lalu lintas merah kendaraan berhenti? 2. Dimanakah ayam jantan biasa bertelur? 3. seorang berjalan d padang pasir, ketika melihat kebelakang, tak ada jejakx.. Kenapa?

Adakah yang Mengerti?

POSTINGAN JADUL NIH...
Sebuah catatan dlm neuron otak yg lama trpndam kmbali mencuat mengikuti alur sistem informasi terpicu oleh

pesan dlm percakapan yg membwt lidah kelu dan badan gemetar, tatapan mata kosong dan pikiran melayang terseret dlm lorong wktu yg mngantarkan kmbali k masa lalu. Menyelami alam bwh dimensi logika yg menyadarkan akn sesuatu yg terlewat atau sengaja kulewatkn..

Kberanian prinsiple yg tak terkumpul dlm satu genggaman kini mndatangkan sbuah pertanyaan intermediate di kedalaman hatiku.. Menstimulus simpul-simpul saraf otakku utk berfikir lbh krs dlm kbingungan akn rasa yg brgejolak.. Adakah jurnal masa lalu yg terlewat hingga mbwt neraca kalbuku tak seimbang?

kucoba tuk mencari jurnal penyesuaian utk mengatasi kegalauan hatiku, kubuka kembali buku besar dan mengaudit stiap posting dr sikapku.. Adakah yg salah?

Ya.. kutemukan kesalahan paradoks da masa lalu yg berimplikasi pd kenyataan masa kini...
kealpaan dlm manajemen kejujuran akan sbuah rasa yg hadir dalam hatiku yg kini telah perlahan pergi tanpa kusadari..
Ingin ku perbaiki semua itu, namunyg bisakulakukan adlh meningkatkn kesabaranku ke tingkat advance.. brbhagia utk knangan trindh shingga menyatakan wajar tanpa pengecualian ats laporan hatiku...

Adakah yang mengerti?

Jalan Cinta Punggawa Keuangan Negara

Ariesca Kamajaya Suryaman
17 November 2009/ 30 Dzulqo’idah 1430 H


       Alhamdulillahi robbil ‘alamin, mungkin tiada kata yang dapat mengungkapkan rasa syukur kita kepada Robbul Izzati atas segala limpahan Rahmatnya yang diberikan kepada kita semua.

       Sebuah rangkaian pilihan dan perjuangan telah kita hadapi bersama dengan segala lika-liku kehidupan dan berbagai macam tantangan dan rintangan yang menjadi pembelajaran bagi para pejuang di jalan Cinta Nya sehingga lebih memahami makan kehidupan, menjadikannnya menjadi seseorang yang lebih arif dan bijaksana serta dewasa dalam menjawab berbagai persoalan hidup.

      Perjuangan untuk dapat bertahan di kampus kita tercinta, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara bukanlah suatu hal yang mudah. Butuh banyak pengorbanan untuk mewujudkan sebuah harapan dan cita-cita masa depan yang telah kita gantungkan di tiang-tiang kehidupan kita. Pengorbanan yang lebih dari sekadar pengorbanan materi, pengorbanan yang menuntut kesungguhan, kerja keras, dan semangat pantang menyerah melawan arus zaman yang sering melenakan dan membuat lalai. Tak sedikit saudara-saudara kita terbuai hingga jatuh dan berguguran di jalan yang kita tapaki bersama. Maka berbahagialah saudara-saudariku. Kitalah orang-orang yang termasuk juara dalam kompetisi ini. Kitalah yang dapat bertahan sampai saat ini dan sudah selayaknya syukur kita lakukan mengahrap mardhotillah (keridhoan Alloh).

         Syukur, salah satu bentuk ungkapan terimakasih kita kepada Alloh. Syukur juga merupakan sebuah pengakuan bahwa kebaikan yang kita terima tidak lain dan iya benar adalah dating hanya dari Alloh Maha Pemberi Rizki. Begitu banyaknya nikmat Alloh yang di karuniakan kepada hamba Nya dan bahkan sebuah janji indah teroreh dalam Al-Quran.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Qs. 14:7)

Semoga Alloh senantiasa menambahkan nikmat Nya dan menjaga kita dalam menyongsong sebuah dunia baru.

          Dunia baru, mungkin kata itu yang tepat untuk mewakili marhalah (tahapan) kehidupan yang akan kita hadapi berikutnya. Dunia baru, dunia kerja, dunia yang mungkin masih asing bagi kita karena ia adalah dunia empat dimensi yang penuh dengan dinamika dan keheterogenan karakter dan sifat para penghuninya serta lingkungannya yang mungkin akan sangat berbeda dari bi’ah (lingkungan) kampus yang kita rasakan selama ini.

Tentu kita berharap dapat ditempatkan di instansi yang kita cita-citakan selama ini. Ghirah (semangat) kerja kita mungkin akan tinggi dalam profesionalitas berkerja jika berkerja di tempat yang cocok dengan jiwa kita, keinginan kita. Tapi Alloh lah yang lebih mengetahui segala sesuatu yang terbaik bagi kita. Seperti dalam firman Alloh S.w.t.

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.s. 2; 216)

Seperti yang sudah sering kita dengar dari parapendahulu kita, lingkungan kerja tidaklah sama dengan lingkungan kampus. Idealisme yang kita pupuk selama menjadi mahasiswa akan di uji di sini. Di dunia baru bukan hanya ada sekadar hitam dan putih, tetapi juga ada zona abu-abu yang meragukan (syubhat) tidak jelas benar atau salah, baik atau buruk. Dan mungkin pula tidak jarang kita akan menemukan dilema antara nurani dan perintah. Ya memang tak seindah sentuhan mata. Semua itu dapat menggerogoti kokohnya prinsip yang kita bangun sebagai manusia idealis saat berhadapan dengan realita kehdupan dunia nyata jika pondasi yang dibangun tak setegar karang menghadapi dahsyatnya deburan ombak dan tak seperti rerumputan yang akarnya tetap menancap pada tempatnya walaupun daunnya bergoyang menari fleksibel tertiup angin.

Saya teringat sebuah puisi karya Salim A. Fillah di buku Jalan Cinta Para Pejuang (salah satu buku favorit saya)

Di lautan nikmat dua makhluq berpisah

Yang satu tenggelam yang satu menyelam

Kau tau apa bedanya?

Jawaban atas pertanyaan dalam puisi tersebut adalah “kesadaran”. ya kesadaran yang membuat sipenyelam mempesiapkan segala perlengkapan dan peralatan yang dia butuhkan untuk menikmati keindahan bawah laut. Dengan kesadaran ia bisa tetap bernafas menghirup oksigen dalam tabungnya. Dengan kesadaran ia dapat melihat dengan jelas dalam remang-remang cahaya. Dengan kesadaran ia dapat bergerak leluasa diantara penghuni laut. Berbeda dengan makhluq yang tenggelam. Ia lalai, terjun kedalam lautan tanpa persiapan. Nafasnya sesak tak bisa bernafas. pandangannya kabur tak jelas melihat. Geraknya tak beraturan tak tenang. Jelas ia tak bisa menikmati keindahan panorama bawah laut yang memesona.

Ya, begitulah kisah mereka yang (semoga) menjadi hikmah bagi kita untuk menyiapkan bekal untuk menyongsong dunia baru. Dalam derasnya arus kehidupan, cara untuk dapat bertahan adalah dengan tetap bergerak. Bergerak untuk berusaha dan berupaya memperbaiki bangsa ini yang telah lama terpuruk oleh kejahilan tangan-tangan yang tak senang bangsa ini berkembang, tak suka akan kemajuan bangsa ini. Tentu saja hal ini di mulai dari diri kita sendiri. Siapakah yang akan mengubahnya jika bukan kita sendiri putra-putri pewaris negeri? Alloh azza wa jalla berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Q.s. 13; 11)

Ya.. amanah itu ada di pundak kita, pundak para pemuda-pemudi pewaris negeri. Mungkin bagi kita lebih spesifik lagi, di pundak para punggawa keuangan Negara. Amanah untuk tak sekadar mengarahkan, tetapi juga menjadi motor penggerak yang membawa bangsa ini pada perbaikan dan kemajuan.

Tentu saja itu hal itu bukan sesuatu yang mudah, kita memerlukan dukungan dan sokongan agar tetap berada dijalan kebenaran karena seperti perkataan ali r.a.  “ kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir”. (redaksional aslinya saya tidak ingat).  Kita memerlukan jaringan cinta dan ukhuwah yang tertata rapi agar dapat saling mengingatkan, menguatkan dan mendo’akan.

Ketika berhadapan dengan keraguan, maka rosulullah S.A.W. pernah bersabda:

“mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya, dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah pa-apa yang syak dalam jiwa, dan ragu-ragu dalam hati, meski orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan membenarkanmu.” (H.r. Muslim)

Ya, seperti kata Salim A. Fillah “hati yang bicara tanpa kata, menjawab tanpa suara, dan sering menyengat tanpa terlihat. Tapi ia terasa. Sebab, dari sanalah banyak tindakan dan perilaku kita mengambil kiblatnya. Dari sanalah amal-amal dan segala proses kehidupan kita menapakan pijakannya berupa niat dan tekad.” Semoga hati-hati kita merupakan hati yang bersih dan bebas tidak terkukung oleh jeruji berkarat yang membelenggu hati karena maksiat yang dilakukan berulang-ulang tanpa taubat. Hati yang bersih akan menyuarakan nurani yang bersih pula. Sementara jika ia terbelenggu yang terdengar mungkin hanyalah getaran jeruji pembelenggu hati yang menggema karena teriakan hati yang hampir mati. (na’udzubillah).
 Rekan-rekan pejuang, dalam mewujudkan ini semua, sekali lagi, tidaklah mudah, dan tidak bisa instant. Perjuangan kita bukan hanya berhenti sampai disini. Perjuangan kita masih panjang tak sekadar bongkah batu karang. Tapi

yakinlah wahai saudaraku

kemenangan kan menjelang

walau tak kita hadapi masanya

tetaplah al_haq pasti menang

(jalan juang: izzis)

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Q.s. 3; 200)

Maraji’: Salim A. Fillah. 2008. Jalan Cinta Para Pejuang

Senin, 16 November 2009

Bahagiamu Bahagiaku

Saudara2 ku telah melesat jauh kedepan...
Haruskah ku senang krn mereka telah bergerak cepat mengikuti perintah Alloh dan Rosulnya ataukah sedih karena tertinggal jauh di belakang...?

Ah, tak ada gunanya bersedih hati, apakah rela tetesan air mata sendu mengganggu ceria saudarasaudaraku?
Tidak, sebaliknya kebahagian saudaraku adalah kebahagianku, senyum ceria mengukir wajahku dari ketulusan dan keikhlasan Qalbu, ia adalah sedekahku, sederhana namun penuh makna...

Ku yakin skenario terbaik telah di persiapkan Pemilik jiwa-jiwa kepada tiaptiap prajurit di jalan cinta para pejuang...

IHMAS wa ISHBIR..!

Minggu, 08 November 2009

Fakta dan Pem-fakta-an (kebenaran yang tersalah atau kesalahan yang dibenarkan?)

Belum sempet nulis (belum selesai sbnrnya) tentang semiotika pers yang dilakukan untuk memburukan citra Islam dimata dunia, tapi ada artikel menarik, jadi copas aja dari alislamu.com...  

saat ini sedang gencar-gencarnya (termasuk di Indonesia) persebaran berbagai informasi yang tak jelas bukti dan kebenarannya tapi sudah di jadikan "reportase" dan seolah-olah itu sebuah fakta yang nyata atau sebakiknya, sebuah fakta yang benar-benar terjadi tetapi ditutup-tupi bahkan masyarakat di arahkan/ alihkan dengan isu2 baru sehingga kebenaran yang terjadi tidak banyak diketahui. misalnya saja tentang kebiadaban tentara israel dalan agresi ke kompleks masjid Al-Aqso. coba ingat kembali, adakah yang menyiarkan informasi tersebut? kalau pun ada hanya sekilas saja...

mudah2an dapat membuka mata kita agar lebih bijak dalam menyikapi berbagai informasi yang menyudutkan Islam dengan pemutarbalikan fakta menggunakan "seni berbohong"
Semoga bermanfaat

berikut artikel tersebut:

Ada istilah yang cukup terkenal dalam dunia komunikasi: "Siapa yang menguasai informasi, dialah yang menguasai dunia." Ungkapan ini dapat dibenarkan, karena secara objektif bidang apa pun di dunia ini hampir tidak ada yang mampu melepaskan dirinya dari informasi. Jika itu diterapkan dalam diskurus Islam, sebenarnya Islam itu adalah informasi. Wahyu adalah informasi, yaitu informasi tentang Allah, alam, manusia, dunia, akhirat, dan seterusnya. Al-Qur'an juga mengandung banyak informasi. Ada informasi tentang mikrokosmos; ada pula informasi tentang dunia makrokosmos. Di dalamnya juga terkandung informasi sains, sejarah, kedokteran, hukum, ekonomi, politik, dan sebagainya. Salah satu cara untuk memperoleh informasi adalah dengan komunikasi. Tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa Al-Qur'an sebenarnya sudah empat belas abad silam berbicara tentang informasi dan komunikasi sekaligus. Mari kita simak kandungan dan pemahaman ayat berikut.

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka cek dan riceklah berita itu, agar kamu tidak menimpakan suatu malapetaka kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, sehingga kamu menyesal atas perbuatan itu." (Al-Hujuraat: 6).

Pada ayat di atas, Allah memperingatkan kaum beriman agar bersikap waspada dan kritis pada dua unsur: (1) berita, dan (2) sumber berita. Jika direnungkan, ayat di atas akan sangat berarti dalam menjaga ketenteraman dan ketahanan secara individual maupun nasional. Sebab jika diamati, memang kedua unsur inilah yang banyak berperan dalam menimbulkan gejolak atau ekses yang kurang baik dalam kehidupan. Banyak orang terjerumus ke dalam "kesesatan" karena tidak kritis dalam menerima informasi, atau menelan "bulat-bulat" apa yang diterimanya dari suatu sumber. Apalagi, bila kita perhatian, yang memegang "kantong-kantong" informasi di dunia ini adalah tangan-tangan non-Islam. Mereka tidak sekadar orang fasik, seperti yang disebutkan Al-Qur'an, bahkan orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Jadi, dari unsur ini (baca: sumber) saja menuntut kita harus ekstra ketat dalam menerima informasi.

Ketika umat Islam--yang menjadi konsumen terbesar informasi--tidak bersikap waspada dan kritis, maka apa yang dikhawatirkan oleh ayat tersebut sudah tentu dengan mudah menjadi kenyataan. Akibat yang dikhawatirkan itu adalah ikut sertanya dalam menyesatkan orang lain. Dalam dunia kontemporer, kondisi yang perlu diwaspadai itu ialah turut sertanya dalam membentuk opini publik yang tidak benar.

Memang yang diminta dari kita bukanlah menutup diri sama sekali (eksklusif) dari berbagai sumber informasi, karena sikap ini kurang menguntungkan dalam persaingan hidup, khususnya pada era globalisasi ini. Bahkan, suatu hal yang sulit sekarang ini adalah menghindar dari arus informasi. Akan tetapi, yang sangat dituntut ialah meningkatkan daya filter, kewaspadaan, dan kemampuan membedakan antara informasi yang layak diterima dengan informasi yang harus ditolak, karena tidak relevan dan tidak objektif dalam penyajian dan analisanya.

Orang yang "kebal" terhadap arus akan cenderung lebih aman dari berbagai ancaman, kendatipun ia hidup di tengah arus informasi yang serba membingungkan. Di sinilah, barangkali, rahasia pemilihan kata "tabayyun" yang digunakan Al-Qur'an, bukan "radd" yang berarti menolak mentah-mentah, sebab informasi yang dibawa oleh suatu sumber, walaupun orientasinya tidak jelas, tidak seluruhnya merugikan dan bersifat negatif. Tabayyun lebih mengarahkan pada sikap kritis dengan melakukan check and recheck. Artinya, menumbuhkan potensi untuk dapat memilah-milah informasi.

Secara validitas, informasi dapat dibagi tiga.

   1. Inormasi yang layak diterima, karena berbicara mengenai masalah yang bebas nilai (value free), seperti sains, penemuan-penemuan baru dalam bidang teknologi, dan lain-lain.
   2. Ada informasi yang perlu diseleksi karena menyangkut masalah yang berkaitan dengan nilai, walaupun secara tidak langsung. Dalam aspek ini diperlukan ketajaman analisis dan kemampuan memilah informasi yang didapatkan, sebab kebiasaan pers Barat dan pers-pers Timur yang kebarat-baratan pandai mencari "benang merah" antara tindakan kekerasan (terorisme) di belahan bumi mana pun di dunia ini dengan unsur Islam atau Arab.

Di sini diperlukan kekritisan pembaca atau pemirsa. Informasi tentang suatu kejadian un sich--katakan saja umpamanya--serangan balasan yang dilakukan oleh pejuang HAMAS di Palestina terhadap pasukan Israel dalam rangka mempertahankan diri--adalah dibenarkan. Akan tetapi, biasanya pers Barat selalu menuduh bahwa kelompok HAMAS itu teroris, sementara Israel itu bangsa yang perlu dilingungi. Padahal, kenyataan yang terjadi itu sebaliknya, Zionis Israel adalah bangsa penjajah, sementara HAMAS adalah kelompok perlawanan yang berusaha mempertahankan dan memperjuangkan haknya, yang selama ini dirampas oleh Israel.

Nah, bila pembaca atau pemirsa kurang arif betul dengan trik-trik jurnalistik Yahudi dan kurang selektif, akan dengan mudah terpengaruh dan akhirnya terjebak dalam pembentukan opini publik yang tidak benar, bahkan menyesatkan. Inilah yang diperingatkan Al-Qur'an tadi.

   1. Ada jenis informasi yang langsung berkaitan denan nilai. Dalam masalah ini kehati-hatian harus dilipatgandakan, dan yang paling aman adalah menolak informasi yang berasal dari sumber yang tidak bertanggung jawab.

Ketika media massa Barat berbicara tentang sejumlah konsep ajaran Islam, seperti hijab, kedudukan wanita, emansipasi, penerapan syariat Islam, jihad, toleransi beragama, kebebasan berpikir, dan yang sejenisnya, maka berbagai kerancuan akan segera muncul. Mungkin dalam bentuk pemutarbalikkan fakta, menutup-nutupi kebenaran, "perkosaan" terhadap teks, memberikan interpretasi semaunya, memahami teks agama secara keliru, dan sebagainya. Di sini barangkali perlu diperhatikan ayat-ayat berikut.

"Dan tidaklah senang kepadamu orang-orang Yahudi dan Nasrani, hingga kamu mengikuti agama mereka ...." (Al-Baqarah: 120).

"Pasti akan kamu jumpai orang-orang yang paling keras permusuhannya kepada orang-orang beriman adalah Yahudi dan orang-orang musyrik ...." (Al-Maaidah: 82).

".... Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu, hingga mereka sanggup memurtadkan kamu dari agamamu, jika mereka sanggup ...." (Al-Baqarah: 217).

Oleh karena itu, dianjurkan bagi setiap muslim yang belum kuat imannya untuk tidak mengonsumsi berita atau analisis yang menjurus ke arah itu.

Trik-Trik Pers Barat

Contoh pemutarbalikkan fakta yang cukup terang ialah seperti telah disebutkan di atas, yaitu tentang Palestina. Media Barat benar-benar tidak seimbang (memihak) dalam menyajikan berita--apalagi analisis--tentang perjuangan bangsa Palestina. Bangsa Palestina yang memperjuangkan hak-haknya yang legal dan sangat asasi dari rampasan bangsa Israel digambarkan oleh pers Barat sebagai "pemberontak". Perjuangan HAMAS yang didukung oleh mayoritas rakyat Palestina dianggap sebagai tindakan "terorisme".

Sementara, pemerintah Israel yang sesungguhnya perampok digambarkan sebagai pemerintah yang legal dan benar. Kejahatan tentara-tentara Israel yang "menyembelih" rakyat Palestina hampir setiap hari tidak disebut sebagai tindakan terorisme. Serangan-serangan militer Israel ke Lebanon Selatan yang setiap hari memakan korban--tewas dan luka-luka--tidak dianggap sebagai tindakan terorisme.

Menutup-nutupi kejahatan sebagai trik biasa dilakukan pers Barat bila berkaitan dengan kepentingan bangsa Yahudi. Sebagai contoh adalah kasus pembantaian terhadap kaum muslimin Bosnia pada tahun 1991. Enam bulan lamanya pers Barat "bungkam", tidak memberitakan sedikit pun sejak awal terjadinya malapetaka kaum muslimin di Bosnia. Hingga dunia Islam mulai "ribut", barulah pers Barat memuat berita-berita Bosnia. Pertanyaannya, apakah peristiwa Bosnia tidak mereka ketahui sejak awal atau sekitar enam bulan sebelumnya? Suatu hal yang tidak masuk akal, melihat kecanggihan sarana informasi pada zaman modern ini.

Salah satu trik jurnalistik Barat adalah membesar-besarkan orang-orang yang "berani" mengkritik Islam, apalagi bila pengkritik itu dari kaum muslim sendiri. Pers Barat menyanjung habis-habisan Salman Rushdi dan menggambarkannya seolah-olah sebagai "pahlawan" karena berani mengkritik Islam, melecehkan ayat-ayat Allah, dan menghina Nabi saw. dalam bukunya, The Satanic Verses. Foto Salman dimuat di hampir setiap media massa dan diagung-agungkan sebagai orang ilmiah karena berani mendobrak kemapanan dan mampu berpikir bebas. Tak tanggung-tanggung, Presiden Bill Clinton mengundang Salman ke Gedung Putih dan disambut secara meriah.

Dominasi Zionisme Yahudi dalan dunia media massa begitu hebat kita rasakan, khususnya pers. Seolah-olah kehidupan kita sekarang bagai dikepung oleh kekuatan Zionis internasional. Kita mengetahui sesuatu itu "salah", tetapi kita kesulitan mendapatkan sarana untuk menyalurkan pendapat agar suara kita didengar atau dibaca oleh orang banyak, sebab mereka telah menguasai link media massa yang utama, yaitu mencakup:

    * kantor berita (news agency),
    * surat kabar (press)--jaringan televisi dan radio,
    * industri sinema--program televisi dan sinetron, serta
    * industri percetakan--penerbitan (publishing), dan penyaluran (distribution).

Bagaimana Yahudi Berhasil Menguasai Media Massa?

Dahulu Yahudi pernah menjadi bahan pelecehn orang, termasuk di Eropa dan Amerika. Dalam karya-karya sastranya, pujangga dan penyair-penyair besar sering merangsang kebencian orang pada insan Yahudi. Tak kurang Shakespeare, penyair terkenal Inggris, mengikuti tren ini. Dalam salah satu novelnya yang berjudul "Pedagang Senjata", Shakespeare menampilkan Sheluck, sang pedagang, sebagai sosok Yahudi yang bersifat kerdil, licik, kotor, dan pendengki. Begitulah kesan orang Barat dahulu terhadap orang Yahudi.

Akan tetapi, belakangan ini, kesan itu secara drastis berubah seratus delapan puluh derajat. Yahudi berhasil mem-brain washing 'mencuci otak' opini publik dunia, khususnya Amerika dan Eropa, dan mengubah kesan dunia dari sosok manusia yang bengis, keji, menakutkan, kikir, bejat, haus darah, pengkhianat, pengecut, egois, dan sebagainya menjadi sosok manusia yang pintar, cerdas, trampil, intelek, dan sebagainya.

William Ghai Kar dalam bukunya, Ahjar 'ala Ruq'at asy-Syatrani (edisi bahasa Arab), menyebutkan bahwa seorang profesor pengajar ilmu teologi dan hukum internasional di Universitas Ingoldstadt, Jerman, bernama Adam Weishaupt, pemeluk Yahudi, pada tahun 1776 mendirikan sebuah organisasi rahaia Yahudi dengan nama "Perkumpulan Orang-Orang Nuraniy". Nama ini berasal dari simbol-simbol Freemasonry yang anggotanya terdiri atas dua ribu orang Yahudi. Adam meletakkan anggaran dasarnya untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu menguasai dunia. Dalam pasal empat dari anggaran dasar itu disebutkan, "Bagi anggota Nuraniy harus berusaha untuk mendominasi pers berita seluruh saluran media massa dan menguasai berita."

Pada tahun 1869, Rashoron, seorang rabi Yahudi, berpidato di Praha, menggambarkan perhatian Yahudi yang cukup besar terhadap media massa. Katanya, "Jika emas merupakan kekuatan kita yang pertama, maka pers harus merupakan kekuatan kita yang kedua." (Fou'ad ibn Sayyid Abdur Rahman ar-Rifa'i, An-Nufuz al-Yahudy fi al-Ajhizat al-I'lamiyah wa al-Mu'assasat as-Dawliyyah [Mesir: Dar al-Yaqin al-Manshurah, 1992], hlm. 2).

Tahun 1897 telah diselenggarakan "Kongres Zionisme Internasional I" yang diprakarsai oleh Theodore Hertzl di kota Paal, Swiss. Pertemuan itu telah melahirkan "Protocole of Zion". Dalam protokol nomor 12 disebutkan sebagai berikut.

   1. Semua saluran media massa yang merupakan sarana untuk menuangkan pemikiran manusia harus sepenuhnya berada di tangan kita.
   2. Seluruh jenis dpenerbitan atau percetakan harus dalam penguasaan kita.
   3. Sastra dan pers merupakan dua kekuatan informasi utama dan harus kita kuasai.
   4. Musuh-musuh kita tidak boleh memiliki sarana pers untuk menuangkan pemikiran mereka, dan kalaupun ada haruslah dipersempit dan ditekan dengan segala cara agar tidak mempu menyerang kita.
   5. Tidak sepotong berita pun boleh sampai ke masyarakat sebelum melalui kita, dan jika kita berhasil menguasai kantor-kantor berita, tidak ada berita yang kita siarkan selain yang kita kehendaki saja.
   6. Pers berkala harus kita kuasai agar dengan mudah kita menggerakkannya sesuai dengan kepentingan kita.

Sebenarnya jauh sebelum Kongres Zionisme 1897 itu, pers Barat sudah dikuasai oleh Yahudi. Itu dapat dibaca dari surat kabar Inggris The Graphic No. 22, Juli 1879, yang menulis, "Pers benua Eropa berada di bawah cengkeraman Yahudi." Hanya saja, waktu itu dominasi itu kurang efektif untuk dapat mengubah sosok insan Yahudi. Bahkan, kendatipun mereka bekerja keras untuk mengubah asumsi bangsa-bangsa Eropa dan Amerika tentang Yahudi, namun belum berhasil hingga dekade keempat dari abad ke-20 ini.

Akan tetapi, kesan itu serta merta berubah total setelah terjadinya pembantaian atas orang-orang Yahudi oleh Hitler dengan gerakan Nazime-nya. Peristiwa ini benar-benar dimanfaatkan media massa Barat yang dikuasai kaum Zionis untuk menarik rasa simpati dan rasa kasihan orang-orang Eropa terhadap bangsa Yahudi. Zionis berhasil membesar-besarkan isu itu melalui pers, film, dan cerita-cerita novel tentang "cerita" pembantaian massal, pembakaran bangsa Yahudi di dalam oven gas oleh Nazi Hitler (holocaust). Ada foto menggambarkan satu orang Yahudi yang tanggannya sedang diborgol di dinding tembok dikerumuni oleh puluhan tentara yang akan menembakinya. Ada pula foto tentang puluhan Yahudi yang diawasi oleh seorang pasukan Nazi. Dari wajah mereka terlihat rasa sendu dan minta dikasihani. Kisah pembantaian itu sendiri masih diliputi berbagai tanda tanya, yang banyak meragukan kebenaran peristiwa itu. Dan kalaupun terjadi, jumlah dan suasananya jelas dibesar-besarkan oleh bangsa Yahudi untuk tujuan-tujuan politik mereka.

Kendatipun kasus holocaust di satu sisi membawa korban di pihak Yahudi, kalaupun itu benar, tetapi di sisi lain menguntungkan mereka. Hasil yang mereka petik di balik itu ialah berubahnya opini publik dunia dari sikap membenci menjadi kasihan dan menaruh simpati, bahkan sampai menerima konsep Yahudi untuk "kembali ke Palestina".

Dalam waktu yang sama, propaganda Yahudi juga gencar terhadap bangsa Arab dengan dua arah: pertama, mengaburkan sejarah Arab-Islam dengan mengingatkan orang-orang Nasrani-Eropa dan Amerika akan ancaman Islam terhadap Kristen. Mereka memperingatkan akan kemenangan-kemenangan bangsa Arab-Islam di negeri Syam, Mesir, Afrika pada periode pertama. Begitu juga kemenangan Islam di Eropa dan Costantinopel pada abad pertengahan. Mereka juga menggencarkan propaganda kekalahan pasukan salib pada Perang Salib di Hittin, yang kemudian terusir dari pos mereka terakhir, yaitu Palestina.

Kedua, propaganda bangsa Yahudi terhadap bangsa Arab sebagai bangsa terbelakang yang dikendalikan oleh hawa nafsu sex yang menggebu-gebu, minuman alkohol, berjudi, primitif, kasar, dan bodoh. Sasaran Zionis di sini adalah meyakinkan kepada dunia--yang mayoritas Nasrani itu--bahwa bangsa Arab adalah musuh legendaris bagi peradaban Eropa-Kristen. Sehingga, mereka telah mudah menggiring opini publik dunia agar berada di barisan mereka dalam setiap pertarungan melawan bangsa Arab-Islam.

Dengan begitu, Yahudi sukses mencuci otak opini publik dunia. Itu semua karena keberhasilan Zionisme dalam menguasai saluran media massa dunia.

Kantor Berita (News Agency)

Salah satu cara Yahudi untuk menguasai dunia komunikasi adalah dengan mengepung sumber pertama keluarnya berita, yaitu kantor berita. Fungsi kantor berita bagi sebuah surat kabar ibarat peluru dengan sarangnya. Hal ini mengingatkan kita pada salah satu kandungan Protokol Zionisme nomor 12 yang menyebutkan, "Sepotong berita pun tidak boleh sampai ke masyarakat sebelum mendapat persetujuan dari kita. Karena itu, kantor-kantor berita yang merupakan sumber seluruh berita dari seluruh pelosok dunia harus kita kuasai. Pada saat itu barulah kita menjamin bahwa tidak ada berita yang tersebar kecuali yang kita pilih dan kita setujui."

Jika kita perhatikan satu per satu posisi Yahudi pada news agency yang tersebar di dunia ini, dapat kita katakan bahwa apa yang dahulu mereka rencanakan sekarang telah menjadi kenyataan. Hampir seluruh "kantong-kantong" berita dunia berada dalam cengkeraman mereka. Di antara kantor-kantor berita terkemuka di dunia ini adalah sebagai berikut.

   1. Reuter, kantor berita terbesar. Pendirinya ialah Julius Paul Reuter, seorang Yahudi, lahir pada 12 Juli 1816 di kota Kasel, Jerman. Nama aslinya hingga tahun 1844 adalah Israel Beer Josaphat. Semula ia bekerja pada sebuah bank di kota Rotingen, Jerman. Kemudian, ia mendirikan sebuah kantor berita untuk mengumpulkan dan menyalurkan informasi perbankan dan efisiensi ekonomi secara ekspres dan teratur. Aktivitas kantor ini mencakup sejumlah besar kota-kota Jerman hingga Brussel. Kemudian, pusat kegiatannya berpintah ke Paris hingga tahun 1851. Lalu, terpaksa pindah ke London karena ketatnya peraturan di Prancis ketika itu.

Setelah ditemukan sistem telegraf yang maju, Reuter memperluas bidang jangkauannya hingga mencakup berita-berita politik dan sosial. Pers Inggris akhirnya bertumpu pada Reuter. Kantor ini mengukir rekor ketika ia berhasil menyiarkan teks pidato Napoleon ketika tahun 1858, satu jam sesudah acara itu. Ia juga berhasil mentransfer berita perang saudara di Amerika dalam waktu yang relatif cepat ketika itu. Tahun 1857 Reuter berhasil mendapatkan kewarganegaraan Inggris.

   1. Associated Press (AP) berdiri tahun 1848 sebagai hasil kerja sama dari lima perusahaan surat kabar Amerika. Jadi, waktunya relatif bersamaan dengan Reuter. Belakangan AP berubah menjadi perusahaan "koperasi" yang anggota-anggotanya mencakup sebagian besar perusahaan surat-surat kabar dan majalah Amerika yang terkenal di bawah dominasi Zionisme.
   2. United Press International (UPI). Pada tahun 1907 Edward Scribes dan R. Wilson Harvard mendirikan kantor berita "Scribes Harvard United Press", sementara William Randolf Herst mendirikan kantor berita "International News Service" pada tahun 1909. Kedua perusahaan kantor berita ini bergabung pada tahun 1958 dengan nama UPI.

Perlu disebutkan di sini bahwa William Herst adalah suami dari Marion Davies, artis terkenal dan juga penari Yahudi Amerika ketika itu, dan dia didukung secara penuh dalam kampanye pemilu untuk merebut kursi sebagai "penguasa" New York.

   1. Di Prancis, Hashet, seorang Yahudi, mendirikan "Hashet New Agency" pada tahun 1851. Kantor ini selama menjelang Perang Dunia II dipegang oleh seorang Yahudi, Horas Winalli.
   2. Seorang Yahudi dari kelurga Havas telah mendirikan kantor berita "Havas" pada tahun 1835, yang belakangan menjadi kantor berita resmi negara Prancis. Sebelum PD II, direkturnya ialah seorang Yahudi bernama Charles Louis Havas.

Dominasi Zionis pada Pers Inggris

Inggris adalah negara yang dominan atau tampil di bagian terdepan dalam kekuatan pengaruh politik di kawasan Eropa. Atas pertimbangan itu, Yahudi memberikan perhatian serius bagi dunia pers Inggris dalam upaya menguasai atau paling tidak menyusup di "kantong-kantong" pers di negeri itu. Ini karena pers Inggris tergolong pers tertua di dunia, sebab surat kabar pertama Britania, London Gazette, terbit pada tahun 1665. Di antara koran-koran induk di Inggris adalah sebagai berikut.

   1. Surat kabar The Times. Surat kabar ini adalah nomor "wahid" dalam dunia pers Inggris yang belum ada tandingannya. Zionisme mempunyai cerita panjang dengan The Times sejak awal terbitnya tahun 1788 (sebagian riwayat menyebutkan tahun 1785). Ketika itu Routchild, konglomerat di Inggris, merangkul orang nomor satu di The Times dan menyuntik dana dalam jumlah cukup besar kepada John Woolter agar koran ini tetap di bawah dominasi Zionisme. Kendatipun upaya Routchild itu berhasil, namun kaum Yahudi masih belum merasa puas dengan duduknya orang-orang Yahudi di pimpinan-pimpinan redaksi, atau sebagian redaktur bagian politik dan keuangan. Mereka berusaha terus untuk memilikinya secara penuh. Impian ini berhasil ketika hak milik The Times berpindah kepada orang Yahudi: Alfecont Northclif, Sir John Allermann Warenholz, dan Sir Yumri Birton. Pada tahun 1916 sebagian besar saham The Times dibeli oleh keluarga Aster, sebuah keluarga Yahudi, dan dilimpahkan kepada orang tertua dalam keluarga Aster dengan gelar "Kont". Sejak itu The Times Inggris praktis menjadi "corong" Zionis sebagai pembela ataupun penyerang. Kemudian, setelah surat kabar ini belakangan dibeli oleh Robert Murdoch, milioner Yahudi dari Australia, The Times benar-benar menjadi surat kabar Zionis, sejak dari "darah", "tulang", "daging", hingga "lemak"nya. Murdoch membeli The Times ketika surat kabar ini dalam keadaan terjepit secara keuangan, sehingga menderita kerugian besar. Dalam dua bulan diperhitungkan rugi sembilan juta poundsterling. The Times juga pernah mogok selama satu tahun, dari 30 November 1978 hingga 13 November 1979. Bagi masyarakat Inggris, The Times merupakan peninggalan bersejarah. Sama halnya seperti jam "Big Ben" dan istana "Bickingham". Rober Murdoch mendapat simpati dari masyarakat Inggris karena dianggap sebagai "penyelamat" surat kabar tua itu. Murdoch sanggup menanggung kerugian yang diprediksi sampai US$ 45 juta dalam setahun setelah terbit kembali. Di Inggris Robert Murdoch juga memiliki Sunday Times. Selain itu, dia juga pemilik majalah SUN, sebuah majalah porno yang beroplah lebih dari 3,7 juta eksemplar dalam sepekan, majalah News of the World, juga majalah seks dengan oplah 4 juta eksemplar sepekan, majalah City Magazine, surat kabar daerah Pirus. Di Amerika, Robert Murdoch juga memiliki koran New York Post, majalah Star, dan majalah The Newsweek. Dari sini terlihat betapa concern luar biasa dari para konglomerat Yahudi terhadap dunia pers dan berusaha memiliki suart-surat kabar terkemuka di setiap negara.
   2. The Daily Teleghraph didirikan oleh dua Yahudi: Moris Levis dan Levis Loussin, pada tahun 1855. Kemudian berpindah pemiliknya kepada seorang Yahudi, Berry Troushin.
   3. The Economist. Kuku Yahudi telah masuk ke majalah ini sejak dini. Isaac Deutscher, seorang Yahudi keturunan Polandia, adalah komentator bidang militer di majalah ini dan pernah menjadi penanggung jawab korespondennya untuk seluruh Eropa. Isaac memanfaatkan majalah ini sebagai "corong" Zionis untuk membela kepentingan Yahudi serta menarik hati Eropa agar bersimpati kepada Yahudi dan persoalan mereka.
   4. The Daily Express didirikan oleh Lord Pifferbrook, seorang Yahudi di Inggris.
   5. News Cronical.
   6. Daily Mail. Dalam surat kabar ini, Andro Alexander, seorang wartawan yang sangat berpengaruh, pernah menulis pada bulan April 1983, "Sesungguhnya Arab Palestina adalah bangsa yang paling hina di dunia seluruhnya."
   7. Daily Herald dimiliki oleh Julius Silter, seorang Yahudi.
   8. Manchaster Guardian. Demikian juga dengan surat-surat kabar lainnya, seperti Yorkshire Post, Evening Standard, Evening News, The Observer, Sunday Refree, Sunday Express, Sunday Cronical, The Sunday Bible, John Pall, Sunday Dispatch, The Scatch, The Sphere, The Graphic adalah koran-koran yang berada di bawah cengkeraman Zionis Yahudi.

Dalam statistik tahun 1981 disebutkan bahwa oplah dari 15 surat kabar dan majalah Inggris yang berada di bawah cengkeraman Zionis setiap hari mencapai 32.867.000 eksemplar. Artinya, lebih dari separuh penduduk Inggris.

Adapun surat kabar dan majalah yang dikuasai Yahudi secara total dan oplahnya adalah sebagai berikut.

   1. Sunday Times 1.373.000 lembar
   2. The Times 306.000 lembar
   3. News of the World dengan oplah 4.934.000 eks.
   4. Majalah SUN dengan oplah 3.722.000 eks.
   5. Daily Telegraph dengan oplah 1.310.000 eks.
   6. Daily Express dengan oplah 2.432.000 eks.

Adapun surat kabar dan majalah lain yang didominasi Yahudi, tetapi tidak dimiliki secara total adalah sebagai berikut.

   1. Daily Mail dengan oplah 1829.000 eks.
   2. Daily Mirror dengan oplah 4 juta eks.

Suara-suara di Inggris yang menentang atas dominasi Zionisme pada pers Inggris terlihat dalam buku yang ditulis oleh Cristopher Mihiu, seorang anggota parlemen Inggris, bekerja sama dengan seorang wartawan Inggris, Michel Adams, dan dilarang terbit. Michel Adams adalah mantan koresponden surat kabar Guardian di Timur Tengah dan belakangan menjabat sebagai pemimpin redaksi majalah Middle East International. Buku tersebut menyebutkan beberapa fakta yang menguatkan adanya tekanan Zionisme Yahudi di bidang media massa dan politik terhadap pers Inggris. Tujuan lobi Yahudi itu ialah menghapuskan fakta dan kebenaran yang berkaitan dengan masalah Palestina agar opini publik Inggris tetap bergantung pada visi Zionis tentang masalah Palestina.

Surat kabar yang terang-terangan membawa nama Yahudi di Inggris ialah Jewish World. Dalam terbitannya pada 14 Desember 1924, Gerald Summann, seorang kolumnisnya, menulis, "Kita tidak akan mungkin menjadi orang Inggris, karena ras kita berbeda dan pola pikir kita juga berbeda dengan pola Inggris. Kita hanya menipu, dan kita harus berterus terang bahwa kita adalah Yahudi." Juga ada surat kabar Jewish Courrier.

Dari berbagai paparan ini, barangkali kita dapat menangkap bahwa "kesuksesan" Zionisme Yahudi bukan terletak pada kekuatan mereka, tetapi lebih pada kelemahan bangsa-bangsa Eropa yang begitu gampang ditundukkan oleh bangsa Yahudi.

Dominasi Zionisme pada Pers Amerika

Amerika adalah salah satu pusat informasi di dunia. Tidak heran kalau setiap hari dijumpai surat kabar tiga kali terbit: pagi, siang, dan sore. Setiap pagi terbit 339 surat kabar, harian siang 17 surat kabar, dan harian sore sampai 1403 surat kabar. Jadi, seluruhnya berjumlah 1759 surat kabar setiap hari, terbit untuk 61.711.966 pembaca Amerika.

Selain harian, ada jurnal mingguan yang jumlahnya 668 surat kabar dengan oplah 52 juta eksemplar. Penyalurannya dipegang oleh 1700 perusahaan, yang separuhnya dipegang oleh Yahudi secara murni dan separuh lagi dalam dominasi Yahudi. Adapun majalah mingguan di negeri Paman Sam itu mencapai 8.000 majalah.

Dari sekian koran Amerika, yang terkenal ialah sebagai berikut.

   1. Wall Street Journal dengan oplah 1.950.000 eksemplar pada tahun 1981.
   2. Daily News dengan oplah sebesar 1.600.000 eksemplar.

Yahudi Amerika berusaha keras menguasai dua koran terbesar ini dengan cara membelinya. Waktu itu, Daili News berada dalam kondisi keuangan yang terjepit, dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh keluarga Yahudi, Warner Brothers, untuk membelinya. Keluarga konglomerat Yahudi ini juga memiliki perusahaan perfileman dan klub sepak bola, Cosmos New York.

   1. New York Times adalah salah satu koran terkenal di Amerika. Dominasi Yahudi di koran ini sejak tahun 1896, ketika Adolf Hanry Ranmond. Hingga sekarang dominasi itu terus berlanjut melalui pemilik dan pemimpin redaksinya, Arthur Osh Sulsburger, seorang Milioner Yahudi, beserta Yahudi lain, Julius Adler. Oplah koran ini mencapai 930.000 eksemplar pada tahun 1981. Dari sejak awal persengketaan Arab-Israel, New York Times telah menjadi "mimbar" Zionisme dalam masalah Palestina. Dalam salah satu artikelnya di surat kabar ini, Hayem Weismann, presiden pertama Israel, menulis bahwa persengketaan Arab-Israel yang diberitakan sebenarnya berlebihan dari kenyataan yang ada, yang hanya sebatas perselisihan kecil. Dia mengesankan bahwa mayoritas bangsa Arab-Israel tidak menentang hijrahnya bangsa Yahudi ke Palestina dan pendudukan mereka.
   2. The Washington Post menempati urutan berikutnya setelah New York Time dalam cengkeraman Yahudi Zionis. Perlu diketahui, koran ini adalah koran yang paling besar penyebarannya di instansi-instansi pemerintah AS dan pejabat yang banyak merumuskan politik Amerika. Tahun 1981 oplahnya sekitar 620.000 eksemplar. Pada mulanya surat kabar kepunyaan John Maclin ini pernah mengalami kerugian, lalu dibeli oleh seorang Yahudi, Yogin Mier, dengan harga yang murah sekali. Yogin juga membeli surat kabar The Times Herald yang terbit di Washington setelah koran ini berada dalam keadaan keuangan yang menjepit. Pemimpin perusahaannya ialah seorang Yahudi bernama Larry Israel, sementara pemimpin umumnya ialah Catherin Graham, seorang jurnalis wanita Yahudi. Dalam salah satu nomornya, koran ini menurunkan tulisan kolumnis Amerika yang anti-Islam, Joseph Crapht, yang mengatakan, "Ialam adalah agama terbelakang dan jumud. Ajarannya membuat masyarakat Islam tidak mampu mengimbangi kemajuan masyarakat Barat modrn."

Yahudi juga menguasai koran-koran besar lainnya, seperti The New York Post milik Robert Murdoch, dengan oplah 740.000 eksemplar, dan majalah rumah tangga Good House Keeping milik William Herst yang beristrikan Marion Davis, wanita Yahudi itu.

   1. Mingguan Dominasi Zionis tidak hanya pada surat kabar harian, tetapi juga pada majalah mingguan, khususnya mingguan yang telah tersebar di berbagai pelosok dunia. Di antara majalah terbesar itu adalah sebagai berikut.
         1. Majalah TIME. Menurut catatan statistik tahun 1981, majalah ini terbit dengan oplah 4,5 juta eksemplar. Pengaruh Zionisme di sini dapat dilihat dari pemiliknya, John Mier, seorang Yahudi, beserta puluhan orang Yahudi yang tersebar di berbagai divisi di dalamnya. Pada 16 April 1979 TIME menurunkan tema sentral yang tertulis di kulit mukanya, "Islam The Militant Revival", yang isinya membangkitkan semangat anti-Islam dan gerakan Islam.
         2. Majalah Newsweek pada tahun 1981 terbit dengan oplah 3 juta eksemplar. Mingguan ini berdiri pada tahun 1933, tetapi dominasi Yahudi baru terlihat pada tahun 1937 ketika pemiliknya, Thomas Martin, mengalami kerugian, lalu dibeli oleh Malcolm Mier, konglomerat Yahudi. Setelah itu kepemilikannya beralih kepada Yogin Mierr. Pemimpin perusahaannya adalah Catherine Graham, pemimpin redaksinya adalah Lister Bernashtein, dan redaktur pelaksananya ialah Mark Mier. Semua tokoh-tokoh ini adalah orang-orang Yahudi-Amerika.
   2. Surat Kabar Daerah Dominasi Zionisme menyebar hingga ke surat-surat kabar wilayah di Amerika. Di Chichago Chicago Sun Times adalah surat kabar terbesar yang terbit dengan oplah 670.000 per hari pada tahun 1981. Dalam editorialnya tanggal 22 Februari 1979, sebuah tulisan dengan judul "Tidak Ada Kompromi dengan Islam kecuali dengan Bahasa Peluru dan Api" tertulis, "Komunisme lebih baik dari Islam, karena paham ini pada dasarnya adalah paham Barat yang dapat berkompromi dan saling mengerti, tetapi dengan Islam tidak mungkin bertemu dan sepaham, kecuali dengan bahasa peluru dan api."

Di wilayah Arizona, koran Arizona News juga tunduk pada kepentingan Zionisme. Pada bulan April 1982, surat kabar ini mengadakan wawancara dengan seorang kolumnis Yahudi, Leon Yuris. Dia berkata, "Sesungguhnya Islam adalah agama bejat. Umat Islam sleamanya dalam keadaan perang melawan dunia seluruhnya, karena mereka berusaha menundukkan dan menjajahnya."

   1. Majalah Profesional Kuku-kuku Yahudi senantiasa mengintai channal media massa dalam rangka mengendalikan opini publik. Majalah profesional yang mengkhususkan diri untuk bidang-bidang tertentu, seperti finansial dan bisnis, tidak luput dari incaran Zionis internasional, umpamanya Business Week. Majalah yang tersebar luas di kalangan konglomerat, businessman, dan ekonom di seluruh dunia ini benar-benar dalam kendali Zionis Yahudi. Serangannya begitu tajam terhadap institusi keuangan Arab sambil memperingatkan negara-negara Barat dan Amerika akan bahaya "finansial" bangsa Arab.

Dominasi Zionis ini juga terlihat pada majalah ilmiah National Geographic. Pada tahun 1915 majalah ini menerbitkan peta dunia disertai keterangan. Di sebelah kata "Palestina" dalam peta ini dicantumkan dua kata "Bumi Israel". Padahal, peta itu terbit jauh sebelum negara Israel berdiri. Sejak terbitnya tahun 1888, majalah ini secara gencar memakai simbol-simbol Zionisme pada setiap tema yang berkaitan dengan Palestina, seperti "Bumi Palestina", "Bumi Perjanjian Lama", "Bumi Tempat Kembali".

Majalah ini juga membuka pintu seluas-luasnya bagi penulis-penulis Yahudi. Di antara mereka ialah Jenderal Yadine yang pernah menjabat posisi penting pada badan militer Israel tahun lima puluhan. Yadine ditampilkan sebagai "pakar sejarah".

Dominasi Yahudi juga sampai ke "lembaran" majalah Readers Digest yang terbit sejak tahun 1920 yang lalu. Majalah ini terbit dengan enam belas bahasa dunia dengan oplah 100 juta eksemplar dari total terbitannya. Di Amerika saja oplahnya 18 juta pada tahun 1981. Majalah Readers Digest Bibel pernah menerbitkan kitab Taurat sejak tahun 1975 agar dibaca bangsa Amerika.

Jika data-data di atas hanya berbicara tentang kondisi pers di Amerika dan negara-negara Barat lainnya, bukan berarti dominasi Zionis hanya terbatas di negara-negara itu saja. Akan tetapi, pengaruh mereka tidak dapat dianggap enteng dalam memberi warna bagi pers di dunia ketiga, sebab yang terakhir ini mengacu kepada pers Barat dan bergantung pada kantor-kantor berita dunia yang dikuasai oleh Yahudi. Juga tidak mustahil, konglomerat mereka turut bersaham dalam pemilikan koran dan majalah terkenal di negara-negara muslim, melalui "calo-calo" mereka yang tersebar di seluruh dunia.

Akan tetapi, walaupun demikian sarana dan kesiapan Yahudi untuk memudarkan sinar Islam ini, tetapi kita ketahui bahwa yang memiliki agama ini adalah Allah SWT, dan Allah telah menegaskan dalam Al-Qur'an tentang makar-makar mereka dan akhir perjuangan itu, seperti berikut.

"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan (hembusan) mulut mereka, padahal Allahlah yang menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyenanginya." (Ash-Shaff: 8).

"Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar, agar Dia menangkan dari seluruh agama lainnya, walaupun orang-orang musyrik tidak menyenanginya." (At-Taubah: 33).

"Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur'an dan Kami pulalah yang memeliharannya." (Al-Hijr: 9).

Maka, upaya mereka akan berakhir dengan kegagalan. "Sesungguhnya orang-orang kafir menghabiskan uangnya untuk menghambat orang dari jalan Allah, dan mereka akan terus membiayainya, kemudian kerugian akan menimpa mereka, dan mereka kalah ...." (Al-Anfaal: 36).

Sumber: Islam dalam Berbagai Dimensi, Dr. Daud Rasyid, M.A. (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 215-237. 

Orang tua slh 1 GM dah datang ke GM, kekx seru kalo smua org tua GM ngumpul... trs membahas rencana masa depan anak-anaknya ^_^

Selasa, 03 November 2009

Flash Back Memories (piece 2: Tetaplah Bersemangat dengan Semangat yang Tetap)

Sedih? iya, kecewa? banget… Istana harapanku untuk kuliah di tempat impian *TB atau STAN runtuh sudah, seperti  diguncang gempa 9 S.R. disusul tsunami lalu gunung meletus (lebai bgt sih..) luluh lantak menjadi puing-puing tak beraturan. Lemas rasanya tubuh ini, tatapan jadi kosong menahan aliran air dari dua sumber. T.T begitulah kira-kira rasanya saat ga masuk *TB, STAN pun tak sampai. Waktu itu hanya sedikit dari sekolahku yang bisa menembus USM STAN, ada Mayestika Chairun Nisa, Beny Jaka, dan Brigita Ceranita.

Beruntung memiliki ibu yang sangat pengertian dan perhatian, ia tak membiarkanku berlarut dalam kesedihan. Dengan kata-katanya yang lembut ia membisikan bahasa kehangatan cinta yang membangkitkan semangatku, senyumnya hilangkan sedihku, belaian kasih sayangnya menyalakan cahaya harapan baru. (terima kasih ibu, I Lup Yu Peri mac)

Ya, memang tak berguna jika hanya terjebak dalam  lingkaran penyesalan, kesedihan dan kekecewaan yang mengarah kepada keputusasaan.

“… janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Alloh, melainkan kaum yang kafir.”  (Q.s. Yusuf: 87)

Biarlah semua itu menjadi hikmah yang menumbuhkan kesadaran dan kedewasaan. Dunia ini masih luas dan harapan itu masih banyak.

“ dunia ini masih seluas yang kau impikan

Tak perlu kau simpan luka itu sedalam yang kau rasa

Memang ada waku agar kau bisa kembali semula

Percayalah padaku kita kan bisa melewatinya…”

(jangan bersedih by edcoustic)

Ku kumpulkan kembali puing-puing istana harapan yang berserakan, kan ku bangun kembali istana itu, bahkan lebih kokoh, lebih megah dan lebih Indah dari sebelumnya. Kutanamkan azzam itu dalam dada, selama masih ada setitik harapan, kan kuperjuangkan sampai titik darah penghabisan. (UwoW…)

            Kali ini panggilan jiwaku (halah..) mengarah pada satu titik, cukup satu titik saja agar lebih fokus. STAN masih menjadi harapanku, impianku. Kan kucoba lagi tahun depan dengan persiapan yang lebih matang dan strategi yang lebih cermat dari pengalaman keberhasilanku yang tertunda (pikirku).

*****

Waaah…………….. ternyata ga enak banget jadi pengangguran, mending kalo pengacara (pengangguran banyak acara) ini… hari demi hari kulalui, sepi menemani jalan ini, sehari berasa sebulan, seminggu berasa setahun (super hiperbola a.k.a lebaaay), perasaan menjadi beban orang tua pun tak bisa dihindari walaupun pada kenyataanya tidak ada orang tua yang merasa terbebani dengan anak-anaknya.

 Semangat yang membara itu perlahan pudar tergerus oleh rasa kesedihan dan penyesalan yang kembali menyeruak kedalam hati ketika jiwa ini kosong dalam lamunan, terlebih lagi melihat teman-teman yang sudah memulai KE-EXCITED-AN kehidupan barunya di kampus impian mereka. Ah, serasa tertinggal jauh di belakang diriku ini.

            TETAPLAH BERSEMANGAT DENGAN SEMANGAT YANG TETAP, kata-kata sahabat dekatku itu melintas dalam pikiranku, kata-kata yang ia gunakan dulu untuk menyemangatiku ketika sedang “terjatuh”.

Kata-kata yang sederhana namun penuh makna, tetap semangat dengan semangat yang tetap menunutut sebuah kata yang berat “istiqomah” konsisten dalam menjaga nyala api cahaya harapan. Kucoba mengubah perspektif, bisa tapi sulit menjadi SULIT TAPI BISA.

             Kuingat kembali tujuan awalku, ku ingat kembali pengorbanan orang tuaku, apakah kan ku sia-siakan perjuangan mereka? Apakah ku rela mengalirkan air mata kesedihan dari kedua mata sucinya? Apakah aku tega melukai hatinya? Apakah ku ingin melihatnya kecewa karena kelemahan sikapku? TIDAK.. TIDAK.. sekali lagi TIDAAAAAAAAAAAAAK…..

            Lembaran demi lembaran buku latihan USM STAN kubaca dengan seksama, soal-demi soal ku lahap (bukan berarti di makan lho ya, icha ga suka makan kertas). Tapi ada saja rasa jenuh menghampiri. Menunggu satu tahun rasanya sungguh sangaaaaaat lama sekali bangeets.

            Alhamdulillah, rasa kejenuhan itu sedikit terobati dengan aktivitas yang bermanfaat. Mengajar anak-anak sekolah pelajaran matematika, bahasa Inggris, dan komputer.

Waktu pun terus berlalu tapi masih cukup lama hingga ujian masuk STAN kembali dibuka. Ku coba mencari pekerjaan dari iklan lowongan kerja di koran. Ada yang cukup menarik untuk di coba, menjadi supervisor di sebuah perusaah yang baru berdiri (lupa namanya). Hm… bolehlah dicoba…

Persyaratan yang dibutuhkan telah kusiapkan, so langsung tancab menuju TKP. Interview pun berjalan mulus, terus ada training untuk pegawai baru. Kami (saya dan teman-teman seperjuangan) diajak ke suatu tempat untuk training… taunya eh taunya, ternyata eh ternyata… disuruh jualan jam tangan dan dompet, ngelamar jadi supervisor kok malah jadi sales???? GubRakkZzz dah…. Ga habis pikir, di pikir ga habis-habis. Jualannya pake cara yang ga ahsan lagi. Masa buat narik perhatian warga pake bilang kalo saya adalah seorang ARTIS SINETRON, tepatnya sinetron ABG (waktu itu lg in) yang sedang mengawasi kerja dia (trainer). Halaaaah… GuBrak lagi deh.. parahnya lagi orang-orang percaya lagi, sampai ada yang teriak “ mamah, ada artis, ada artis” emangnya saya mirip artis gitu??? :p

Jelas itu bener-betul NGAWUUUUR…. GAK EXCITED BANGET dah…. Itu Penipuan namanya, bukan hanya kepada para pelamar kerja tapi juga ke masyarakat. (warga yg di maksud, maaf ya…) Hari itu juga langsung mengundurkan diri.

****

  USM STAN semakin dekat, aku semakin giat mempersiapkan diri menghdapinya. Pembukaan kembali SPMB tak lagi kuhiraukan karena aku ingin fokus pada satu tujuan, lulus USM STAN. Rupanya aku tak sendirian, teman SMAku, Jim Raynuddin yang bernasib sama tidak lolos usm stan tahun lalu juga berniat mencoba kembali menaklulan 180 soal ajaib dan bersaing dengan ratusan ribu orang.

Hari yang ditunggu pun datang, pendaftaran USM STAN telah dibuka. Kami, aku dan jim mendaftar bersama, tp karena tahun lalu ke kampus STAN naik mobil temen, jd ga ngerti jalur angkutan umum kesana. Alhamdulillah, ada Mayestika Chairun Nisa, teman SMA yang lebih dahulu sukses menembus USM STAN menjadi tempat bertanya.

Terminal Baranang siang, naik bis jurusan lebak bulus, terus naik angkot S08 turun di pondok ranji terus naik lagi D09 turun di kampus STAN, begitulah kira-kira informasinya. Then, kami berangkat ke terminal baranang siang, bingung bis yang menuju lebak bulus yang mana. Terdengar ada yang bilang lebak bulus-lebak bulus.. langsung saja naik bis tersebut. Ternyata eh ternyata kami malah diturunkan di parung, “mas samapai sini ya…” gubrakzzzz (lagi dan lagi)

Weleh weleh… mau ke lebak bulus kok malah diturunkan di Parung, untung masih siang jadi ga ada “penampakan”. Pengen protes, tapi mau gimana lagi, rupanya salah naik bis, seharusnya naik bis Agra Mas warna merah yang lewat jalan Tol. akhirnya naek angkot yang menuju lebak bulus dar Parung, tapi nge-Time nya poool lama banget dah gitu panas pula. Huaaaaaa…. Bener-bener di uji nih kesungguhannya.

Alhamdulillah, akhirnya nyampe juga di kampus walaupun dengan keringat membasahi tubuh. Tapi…. Waktu pendaftaran dah hampir habis, langsung dah grubag-grubub menuju gedung G, tempat pendaftaran. Bagusnya waktu itu ga terlalu ngntri jadi masih bisa daftar.Fiuuh… beres juga dan seneng dapet tempat ujian di Kampus STAN, kalau tidak salah di ruang C105. UwoW….

****

            Dag.dig.dug… ujian udah di depan mata, biar persiapan lebih mantap dan tidak tergesa-gesa kami menginap di kosan teman yang juga lebih dahulu sukses menembus USM STAN, Beny Jaka (thanks bro). Bukannya belajar kami malah asyik ngobrol ngalor ngidul (biar ga stress) hehe… malah sempet di ajakin maen PS juga lagi UwOw.. Excited Sekali…

            Paginya langsung tancab gas ke TKP, C105 menjadi saksi sejarah perjuanganku (saya lupa tempat ujiannya Jim). Tampil sebagai veteran, aku lebih PeDe dari yang lain, tapi tetap saja ada rasa kekhawatiran tidak lolos seperti tahun sebelumnya. Soal demi soal pun kukerjakan dengan cukup lancar walaupun ditemani suara gemuruh AC yang SANGAR….

            Alhamdulillah beres juga ujian selama tiga jam itu. Agak sedikit ragu, karena soalnya agak sedikit lebih sulit dari pada tahun kemarin, tapi ikhtiar optimal sudah dilakukan dan tinggal menunggu kabar terbangunnya istana impian, atau luluh lantak lagi sebelum selesai dibangun…

===to be continued===

Next piece: “ Man Jadda Wa Jada”