Setelah overview secara keseluruhan tentang pilm Sang Pencerah, sekarang saya sedikit membahas “side view” ari pilm tersebut. Ada sisi lain yang ditampilkan yaitu tentang peran wanita dalam perjuangan.
Ketika Siti Walidah, Isteri dari K.H. Ahmad Dahlan diminta kyai lurah yang juga kakaknya untuk menyadarkan suaminya yang di anggap menyimpang, ia berkata saya hanyalah seorang perempuan yang taat pada suaminya.
Ada sebuah scene dimana Muhammad Darwis sudah lelah dan hampir menyerah kalah dengan keadaan. Keadaan dimana kehidupan terasa sangat sempit menghimpit, cacian makian, hinaan bahkan tuduhan kapir yang dialamatkannya karena berusaha meluruskan akidah yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam.
Ketika kelelahan sudah melelahkannya, sang isteri, Siti Walidah hadir menguatkan dengan segala curahan kasih sayang serta hartanya. “Jika demikan maka aku tidak mengenal suamiku, Muhammad Darwis tidak seperti pemuda pada umumnya, ia bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat orang lain, ia bisa mendengar apa yang tidak bisa di dengar orang lain. Aku tidak sholat istikhoroh seperti yang bapak anjurkan, tetapi aku berhajat dan bermunajat kepada Alloh karena tidak ada kebimbangan sedikit pun dalam hatiku untuk memilihmu menjadi suamiku.” Ihiiiirrrrrrrrrrrr, Suit-Suit Prikitieeeewwwwwwwwwww……….Kira-kira begitu dialognya (ga persis seperti dialog di pilmnya sih)
Siti Walidah memegang erat tangan suaminya agar tetap bertahan dan tidak berputus asa dalam perjuangannya. “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Qs. Muhammad: 7. Ia berusaha sekuat tenaga dan sekuat pikiran dan hati utnuk mendukung perjuangan suaminya bahkan ia merelakan uang tabungannya dipakai untuk syiar Islam dan mendirikan kembali langgar kidoel yang sempat roboh.
Nah dari situ dapat banyak pencerahan lagi bahwa memang disamping Lelaki hebat, ada wanita yang (juga) hebat mendampinginya. Perjuangan ini berat, sungguh sangat berat karena itu diperlukan belahan jiwa yang senantiasa menguatkan disaat kita lemah, membangkitkan disaat terjatuh, menghibur dikala sedih. Peran yang saling menguatkan agar tetap bertahan di medan yang sulit hingga tercapainya kebahgiaan hakiki.
Bayangkan jika perjuangan itu ia lakukan sendiri tanpa seorang pendamping hidup? Atau jika didampingi oleh wanita yang sangat rapuh dan tak mendukung suaminya? Apakah Perjuangan tersebut tetap bertahan?
kok yang disorot bagian beginian yak ? :-P
BalasHapuskan namanya juga "side view" hehe....
BalasHapusTaqobbalallohu minna waminkum,
BalasHapustanda.tanda akh aris mau........
BalasHapusFilm-na bagus tak?
BalasHapusmau apa?
BalasHapushmm..... tak kasih nilai 7 dari skala 1-10
BalasHapusTaqobbal ya kariim...
BalasHapusakh, lama tak jumpo pie kabare?
Di film ini, saya kurang setuju analogi antara agama dengan musik. Terlepas itu adalah perkataan dari KH. Ahmad Dahlan.
BalasHapusweh... bang napis dah nonton rupanya...
BalasHapusiye, ane juga kurang setuju dengan pernyataan itu, lg pula apa itu benar perkataan KH. Ahmad Dahlan?
emang katanya gimana?
BalasHapusagama itu ibarat musik, indah, serasa damai...
BalasHapusgitu deh...
akh napis tolong di lengkapi, ane lupa...
Berharap demikian juga ya? Aamiin :).
BalasHapussenyu~um ^^
BalasHapus