Rabu, 15 September 2010

Sang Pencerah: Overview

Sang Pencerah, agenda silaturahim teman-teman SMA selepas lebaran ini. Selasa, 14 Sepetember 2010 kemarin kami mengagendakan silaturahim dan nonton bersama pilm Sang Pencerah di eks eks wan Botani Skuer Bogor.

Pilm besutan Hanung Bramantyo ini secara keseluruhan cukup apik, grafik/gambar pun cocok dengan seting pada jaman itu. Alur cerita yang di sampaikan runut, humanis dan tidak mengada-ada (mungkin karena di ambil dari kisah nyata). Lukman Sardi yang memerankan Muhammad Darwis a.k.a. K.H. Ahmad Dahlan terlihat natural dan menjiwai karakternya sebagai seorang kyai yang “berbeda” dengan kyai pada umumnya di Kauman.

Perbedaan yang tidak mudah di terima oleh para Kyai sepuh dan masyarakat setempat karena apa yang di ajarkannya menjatuhkan dan merobohkan pondasi-pondasi kemusrikan yang terselip dalam peribadatan dan ajran Islam yang pada saat itu masih terpengaruh oleh ajaran/pemikiran Syeh Siti Jenar. Mereka menganggap bahwa yang terpenting itu adalah Qolbu (hati) karena Alloh menyatu dengan hamba Nya yang dikenal dengan Manunggaling Kawula Gusti. Tak peduli dengan cara seperti apa mereka beribadah.

Dalam sebuah adegan menampilkan perdebatan antara para kiyai sepuh dan K.H. Ahmad Dahlan terkait dengan Arah Masjid Gede yang salah, dan ternyata hampir semua masjid menghadap ke barat, malah ada masjid yang menghadap ke timur laut dengan alas an menyesuaikan dengan jalan agar terlihat bagus. Para Kyai sepuh menolak keinginan Muhammad Darwis untuk membenarkan kiblat kea rah masjidil haram, mereka berpendapat bahwa Masjid Gede sudah berdiri sangat lama dan jika menyalahkan arah kiblatnya berarti juga menyalahkan Kyai Pendiri Masjid Gede terserbut.  Penjelasan dengan menggunakan ilmu Palaq pun tak diterima karena menganggap alat peraga (peta) yang digunkan untuk menjelaskan arah kiblat yang benar merupakan alat-alat orang buatan kapir.

Penentangan datang bertubi-tubi, bukan hanya dari masyarakat dan kyai sepuh tapi juga dari keluarganya sendiri. K.H. Ahmad Dahlan dan Murid-muridnya dipandang hina bahkan dianggap kapir. Puncaknya ketika Langgar Kidoel yang digunakan sebagai tempat pengajian M. Darwis dan murid-muridnya dirobohkan dengan paksa.

Perjuangan untuk meluruskan akidah masyarakat semakin berat dengan kehancuran tempat menimba ilmu tersebut dan penentangan yang semakin gencar dilakukan karena cara-cara modern yang digunakan untuk syiar. Begitulah memang karakteristik dakwah penuh cobaan dan ujian, bahkan ketika dakwah berjalan mulus-mulus saja, maka patut dipertanyakan apakah dakwah yang kita lakukan ini sudah benar? Disaat masa-masa sulit itu Siti Walidah yang diperankan oleh Zaskia A. Mecca tetap bertahan dan bahkan menguatkan suaminya agar tetap berjuang dan bertahan dan meyakinkannya bahwa Alloh akan menolong hamba-Nya yang menolong agama Alloh

 “Jika kamu menolong agama Alloh, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” Qs. Muhammad: 7. Sayangnya Pemeran Siti Walidah ini kurang begitu pas menurut saya, tidak ada aksen jawa dalam dialog yang diucapkannya sehingga sedikit menurunkan ke-khas-an pilm ini.

Perjuangan akhirnya menemukan titik terang, bergabungnya K.H. Ahmad Dahlan dengan Organisasi Budi Utomo membuka akses dakwah yang semakin luar hingga ke government (pemerintah belanda) dengan mengajarkan agama Islam di kinderganrten (sekolah belanda). Hingga akhirnya beliau mendirikan organisasi Muhammadiyah yang bergerak dibidang Sosial dan Pendidikan setelah mendapat ijin dari governant dan restu dari Raja Yogya pada saat itu walaupun sebelumnya sempat ditentang oleh kyai penghulu karena merasa kedudukannya terancam.

Akhirnya perseteruan pun mereda dengan mengormati pendapat masing-masing karena tiap orang berusaha menjadi yang terbaik sesuai dengan apa yang diyakininya  “Hari ini kita belajar untuk menjadi yang terbaik di mata Alloh, bukan untuk diri sendiri tapi untuk kepentingan orang banyak”

Ada sedikit scene yang menampilkan anak-anak kecil telanjang tanpa busana dan dialog yang menurut saya terlalu pulgar. Tapi oper all, pilm ini recommended  untuk ditonton sebagai alternatip pilihan disaat kurangnya kualitas pilm-pilm Indonesia yang berkisah seputar horror, komedy sex dan lainnya yang kurang mendidik.

23 komentar:

  1. saya habis nonton dawai asmara 2.
    Azza!

    BalasHapus
  2. waahhh,,, makasih banyak nih ulasannya
    kebetulan lagi mempertimbangakan untuk menonton....

    BalasHapus
  3. satu cara mudah mengajarkan sejarah pd anak2 :)

    BalasHapus
  4. Tapi oper all, pilm ini recommended untuk ditonton sebagai alternatip pilihan disaat kurangnya kualitas pilm-pilm Indonesia yang berkisah seputar horror, komedy sex dan lainnya yang kurang mendidik.


    rekomended tapi sambil mbandingin yang gak sepadan ^^

    BalasHapus
  5. rumahbulan wrote today at 1:33 PM
    saya habis nonton dawai asmara 2.
    Azza!


    Kunkun gak pernah nonton di bioskop

    /bangga/

    BalasHapus
  6. betul betul...
    sejarahnya memang seperti itu ya?

    BalasHapus
  7. perbandingan itu dapat dilakukan terhadap hal sejenis, ya ini jenisnya pilm walaupun genre yg dibandingkan ga sama.
    ^^

    BalasHapus
  8. kunkun: memang ga mau nonton ya? ada juga temen yg kaya gitu kok. :)

    ariesca: aku kan pamer. :D

    BalasHapus
  9. dasur-dasur... pamer kok yg kek gitu -_-"

    BalasHapus
  10. Kok bisa berhubungan dengan Organisasi "Satanic" ini ya?

    BalasHapus
  11. iya..baru baca "pemaksaan sejarah" .. senasih dg teori darwin dan karya Harun Yahya berarti, perlu ada yg bikin tulisan/film dokumenter yg meluruskan sejarah :)

    BalasHapus
  12. iya betul,
    mau bergerak di industri perpileman? ^^

    BalasHapus
  13. :)) saya jadi penikmat dan pengamat aja, dan sekali2 komentator :))

    BalasHapus
  14. sutradara: hanung bramantyo
    hmm..pantes ad zaskia maen

    casting director: zaskia adya mecca
    hmmm...paaaantessss..

    penata busanany hebat, kostum2ny ckp mwakili jaman itu
    giring lbh mnarik di film dbnding dpanggung, ha

    BalasHapus