Rabu, 29 September 2010

Mengeluh, Curhat, Syukur Sabar dan Pesbuk, lho?

tadi nulis status di Ep Be ky gini

"apakah mengeluh akan menjadikan keadaan lebih baik? tidak, sama sekali tidak! mengeluh hanya akan mereduksi energi2 positip kita yg mengarah pada pesimis dan putus asa. Sabar atas segala musibah dan syukur atas nikmat menjadikannya lebih mudah dan indah. -SLH-"


terus temen komen, katanya mengeluh atau biasa disebut curhat bisa meringankan beban di hati. ane komen lagi, karena panjang banget untuk sebuah komen, tak pos disini jg deh..=D (dengan sedikit perubahan)

Memang curhat memiliki segi positif dan segi negatif, bisa saja orang yg curhat merasa sedikit lebih lega setelah mengemukakan segala keluhannya seperti melepaskan beban berat dipundaknya, tapi seperti komen di atas bahwa terkadang orang yang mendengarkan keluhan pun merasa tak nyaman, terkadang curhat bukan meringankan masalah tetapi malah menambah masalah entah pada sang pencurhat atau yang dicurhati, atau mungkin  juga rahasia yang seharusnya tersimpan rapat menjadi terbuka lebar. (kl curhat sama isteri/suami gpp kali ya ^^v)

Tempat mengadu seperti yang diajarkan rosululloh adalah mengadu dan memohon pada penguasa segala urusan, karena Ialah yang dapat memberikan solusi atas segala permasalahan
"berdoalah kepadaku, niscaya aku kabulkan" Qs. Al-mu'minun 60

"Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)

sabar bukan berarti diam seribu bahasa, sabar berarti menerima dengan ikhlas qodar dari Rabbnya yang sudah pasti terjadi  dan meyakini hal itu sebagai ujian keimanan yang dapat menaikan derajatnya disisi Rabb-nya. Dan sekali lagi sabar tidak sama dengan berdiam diri, karena orang yang sabar senantiasa beruasaha memperbaiki keadaan yang ada pada dirinya
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11

Adapun syukur bukan hanya dengan ucapan, tapi juga dalam perbuatan sebagai perwujudan syukur atas nikmat yg diberikan. sebagaimana Abdurrahman bin auf yang bersyukur dengan sedekahnya atas begitu banyak harta yang diamanahkan kepadanya, sebagaimana Umar bersyukur dengan jihadnya atas ketangguhan yang dikaruniakan kepadanya, sebagaimana para imam bersyukur dengan karya2nya atas pemahaman ilmu yang dianugerahkan kepada mereka.
“Alhaqqu mirrobik falaa takuu nanna minal mumtarin” Kebenaran itu dari Rabbmu, maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu, sedangkan kesalahan datangnya dari kebodohan dan kekurang pahaman saya pribadi terhadap ilmu yang begitu luas, semoga Alloh mengampuni.

Jumat, 17 September 2010

Patah Hati Sebelum Mencintai (kopas)

Tahukah kamu seperti apa rasanya patah hati? Kata orang, patah hati seakan menjadikan runtuh langit itu, pecahannya menghujam dada, perihnya pun tak tertahankan, membuat diri ingin mati saja.

Tapi patah hatiku tidaklah begitu.

Bermula dari sebuah panggilan telepon yang tak pernah terkira akan menjadi pertanda kiamat kecil bagiku. Karena saat gadis itu meneleponku, tak ada nada yang berubah pada suaranya. Kami lalui waktu dengan perbincangan seperti biasa, sekedar bertanya kabar dan berbagi tentang apa yang kami lakukan hari ini. Dan seperti biasa pula, akulah yang pertama menyudahi pembicaraan itu. Akulah yang biasanya menutup telepon terlebih dulu. Tak peduli apakah dia, atau aku yang menelepon.

Namun sekitar sedetik setelah kuucapkan salam, ia menahannya. Dengan runtun kalimat yang menjelma bagai maut.

“Tunggu,” ujarnya. “Ini akan menjadi telepon terakhirku untukmu. Aku akan menikah bulan depan. Prosesnya cepat sekali. Aku bahkan tidak mengenalnya sebaik aku mengenalmu. Aku sedemikian gugup hingga tak tahu kapan harus memberitahumu tentang hal ini.”

Dan mengapa, setelah ia katakan itu, dunia serasa bergerak lambat? Mengapa seakan saat itu aku berdiri sendiri tanpa satu pun manusia lain di bumi? Lalu kenapa aku merasa tulang-tulangku lolos dari tubuh ini?

Ini adalah manipulasi terhadap jiwa. Karena tak pernah sedetik pun aku merasa mencintainya. Bukankah aku tak pernah memikirkan dia? Setidaknya setiap aku mengingatnya, yang ada hanyalah perasaan sebagai seorang teman biasa.

Hubunganku dengannya terwakili oleh SMS, telepon, dan ruang-ruang pribadi padaYahoo Messenger. Ia pun menyambutnya dengan kebaikan yang terasa tulus bagiku. Dan aku sangat menyadari, bahwa akulah yang selalu memutus percakapan terlebih dulu. Selalu seperti itu. Ia seakan tak mau dan tak sanggup menyudahi pembicaraan kami, baik dalam SMS, telepon, maupun ruang-ruang pribadi pada Yahoo Messenger. Karena itulah dia seperti selalu terdiam dan menunggu. Menunggu hingga aku mengucap salam dan pergi.

Suaranya kini terdengar begitu jauh. “Aku hanya ingin menanyakan hal ini. Pernahkah kau melihatku? Adakah kau sadar bahwa aku selalu ada di sisimu?”

Aku pun ingin bertanya padamu. Apakah air matamu jatuh saat kau katakan itu? Karena itu yang sedang terjadi padaku.

“Kumohon jawablah.”

Tidak bisa. Aku adalah lelaki. Aku tidak seperti dia, yang begitu mudah mengungkapkan perasaannya. Yang mudah menangis hanya dengan menonton film drama bodoh, yang sering tertawa bahkan saat cerita yang kusampaikan tidaklah begitu lucu.

Tidak bisa. Egoku terlalu besar untuk menjawab pertanyaannya. Aku tak bisa mengakui bahwa hanya dialah yang kuhubungi saat aku merasa lelah, kesal, dan marah. Di saat aku senang maupun berduka. Aku tak bisa mengakui bahwa namanya lah yang kucari pada daftar phone book di telepon selularku.

Itu pasti bukanlah cinta. Karena aku hanya butuh seseorang untuk berbagi. Itu saja.

“Baiklah, aku harus pergi sekarang,” ia berkata dengan perlahan, seakan memberiku kesempatan untuk berkata sesuatu. “Aku akan mengirim undangan pernikahanku lewat pos. Aku tak bisa menghubungimu sesering dulu. Tak mungkin bisa, karena aku sejatinya akan mempunyai seorang teman yang kelak benar-benar bisa melihatku dan menghargaiku. Dan apakah kau tahu? Aku terkadang masih berharap bahwa itu adalah kau.”

“Tapi kau tetap, adalah teman baikku,” katanya dan kurasakan ia tersenyum. “Selamat tinggal.”

Ia menutup telepon. Selama ini, ia tak pernah melakukan itu. Selalu aku, aku yang harusnya menutup telepon terlebih dulu.

Dan apakah kau tahu? Aku terkadang masih berharap bahwa itu adalah kau.” Kata-kata itu masih terngiang. Dan aku pun masih berdiri dengan ponsel di telinga. Menunggu kau datang ke hadapanku dan tertawa, mengatakan bahwa ini semua adalah lelucon. Tolong katakan padaku, kau tadi becanda.

Tapi ia tak kunjung datang. Tak pernah lagi menghubungi. Dan nyata-nyata kusadari bahwa aku merindukannya. Merindukan ia yang sebentar lagi akan menjadi milik orang lain untuk selamanya.

Maka apakah ini cinta?

Tahukah kamu seperti apa rasanya patah hati? Kata orang, patah hati seakan menjadikan runtuh langit itu, pecahannya menghujam dada, perihnya pun tak tertahankan, membuat diri ingin mati saja.

Tapi patah hatiku tidaklah begitu.

Aku telah patah hati sebelum kusadari bahwa aku mencintainya. Tolonglah aku, karena rasanya lebih sakit dari itu semua.


sumber: http://rarasati.multiply.com/

Rabu, 15 September 2010

Sang Pencerah: Side View (Peran Wanita)

Setelah overview secara keseluruhan tentang pilm Sang Pencerah, sekarang saya sedikit membahas “side view” ari pilm tersebut. Ada sisi lain yang ditampilkan yaitu tentang peran wanita dalam perjuangan.

Ketika Siti Walidah, Isteri dari K.H. Ahmad Dahlan diminta kyai lurah yang juga kakaknya untuk menyadarkan suaminya yang di anggap menyimpang, ia berkata saya hanyalah seorang perempuan yang taat pada suaminya.

Ada sebuah scene dimana Muhammad Darwis sudah lelah dan hampir menyerah kalah dengan keadaan. Keadaan dimana kehidupan terasa sangat sempit menghimpit, cacian makian, hinaan bahkan tuduhan kapir yang dialamatkannya karena berusaha meluruskan akidah yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam.

Ketika kelelahan sudah melelahkannya, sang isteri, Siti Walidah hadir menguatkan dengan segala curahan kasih sayang serta hartanya. “Jika demikan maka aku tidak mengenal suamiku, Muhammad Darwis tidak seperti pemuda pada umumnya, ia bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat orang lain, ia bisa mendengar apa yang tidak bisa di dengar orang lain. Aku tidak sholat istikhoroh seperti yang bapak anjurkan, tetapi aku berhajat dan bermunajat kepada Alloh karena tidak ada kebimbangan sedikit pun dalam hatiku untuk memilihmu menjadi suamiku.” Ihiiiirrrrrrrrrrrr, Suit-Suit Prikitieeeewwwwwwwwwww……….Kira-kira begitu dialognya (ga persis seperti dialog di pilmnya sih)

Siti Walidah memegang erat tangan suaminya agar tetap bertahan dan tidak berputus asa dalam perjuangannya. Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. Qs. Muhammad: 7. Ia berusaha sekuat tenaga dan sekuat pikiran dan hati utnuk mendukung perjuangan suaminya bahkan ia merelakan uang tabungannya dipakai untuk syiar Islam dan mendirikan kembali langgar kidoel yang  sempat roboh.

Nah dari situ dapat banyak pencerahan lagi bahwa memang disamping Lelaki hebat, ada wanita yang (juga) hebat mendampinginya. Perjuangan ini berat, sungguh sangat berat karena itu diperlukan belahan jiwa yang senantiasa menguatkan disaat kita lemah, membangkitkan disaat terjatuh, menghibur dikala sedih. Peran yang saling menguatkan agar tetap bertahan di medan yang sulit hingga tercapainya kebahgiaan hakiki.

Bayangkan jika perjuangan itu ia lakukan sendiri tanpa seorang pendamping hidup? Atau jika didampingi oleh wanita yang sangat rapuh dan tak mendukung suaminya? Apakah Perjuangan tersebut tetap bertahan?

Sang Pencerah: Overview

Sang Pencerah, agenda silaturahim teman-teman SMA selepas lebaran ini. Selasa, 14 Sepetember 2010 kemarin kami mengagendakan silaturahim dan nonton bersama pilm Sang Pencerah di eks eks wan Botani Skuer Bogor.

Pilm besutan Hanung Bramantyo ini secara keseluruhan cukup apik, grafik/gambar pun cocok dengan seting pada jaman itu. Alur cerita yang di sampaikan runut, humanis dan tidak mengada-ada (mungkin karena di ambil dari kisah nyata). Lukman Sardi yang memerankan Muhammad Darwis a.k.a. K.H. Ahmad Dahlan terlihat natural dan menjiwai karakternya sebagai seorang kyai yang “berbeda” dengan kyai pada umumnya di Kauman.

Perbedaan yang tidak mudah di terima oleh para Kyai sepuh dan masyarakat setempat karena apa yang di ajarkannya menjatuhkan dan merobohkan pondasi-pondasi kemusrikan yang terselip dalam peribadatan dan ajran Islam yang pada saat itu masih terpengaruh oleh ajaran/pemikiran Syeh Siti Jenar. Mereka menganggap bahwa yang terpenting itu adalah Qolbu (hati) karena Alloh menyatu dengan hamba Nya yang dikenal dengan Manunggaling Kawula Gusti. Tak peduli dengan cara seperti apa mereka beribadah.

Dalam sebuah adegan menampilkan perdebatan antara para kiyai sepuh dan K.H. Ahmad Dahlan terkait dengan Arah Masjid Gede yang salah, dan ternyata hampir semua masjid menghadap ke barat, malah ada masjid yang menghadap ke timur laut dengan alas an menyesuaikan dengan jalan agar terlihat bagus. Para Kyai sepuh menolak keinginan Muhammad Darwis untuk membenarkan kiblat kea rah masjidil haram, mereka berpendapat bahwa Masjid Gede sudah berdiri sangat lama dan jika menyalahkan arah kiblatnya berarti juga menyalahkan Kyai Pendiri Masjid Gede terserbut.  Penjelasan dengan menggunakan ilmu Palaq pun tak diterima karena menganggap alat peraga (peta) yang digunkan untuk menjelaskan arah kiblat yang benar merupakan alat-alat orang buatan kapir.

Penentangan datang bertubi-tubi, bukan hanya dari masyarakat dan kyai sepuh tapi juga dari keluarganya sendiri. K.H. Ahmad Dahlan dan Murid-muridnya dipandang hina bahkan dianggap kapir. Puncaknya ketika Langgar Kidoel yang digunakan sebagai tempat pengajian M. Darwis dan murid-muridnya dirobohkan dengan paksa.

Perjuangan untuk meluruskan akidah masyarakat semakin berat dengan kehancuran tempat menimba ilmu tersebut dan penentangan yang semakin gencar dilakukan karena cara-cara modern yang digunakan untuk syiar. Begitulah memang karakteristik dakwah penuh cobaan dan ujian, bahkan ketika dakwah berjalan mulus-mulus saja, maka patut dipertanyakan apakah dakwah yang kita lakukan ini sudah benar? Disaat masa-masa sulit itu Siti Walidah yang diperankan oleh Zaskia A. Mecca tetap bertahan dan bahkan menguatkan suaminya agar tetap berjuang dan bertahan dan meyakinkannya bahwa Alloh akan menolong hamba-Nya yang menolong agama Alloh

 “Jika kamu menolong agama Alloh, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” Qs. Muhammad: 7. Sayangnya Pemeran Siti Walidah ini kurang begitu pas menurut saya, tidak ada aksen jawa dalam dialog yang diucapkannya sehingga sedikit menurunkan ke-khas-an pilm ini.

Perjuangan akhirnya menemukan titik terang, bergabungnya K.H. Ahmad Dahlan dengan Organisasi Budi Utomo membuka akses dakwah yang semakin luar hingga ke government (pemerintah belanda) dengan mengajarkan agama Islam di kinderganrten (sekolah belanda). Hingga akhirnya beliau mendirikan organisasi Muhammadiyah yang bergerak dibidang Sosial dan Pendidikan setelah mendapat ijin dari governant dan restu dari Raja Yogya pada saat itu walaupun sebelumnya sempat ditentang oleh kyai penghulu karena merasa kedudukannya terancam.

Akhirnya perseteruan pun mereda dengan mengormati pendapat masing-masing karena tiap orang berusaha menjadi yang terbaik sesuai dengan apa yang diyakininya  “Hari ini kita belajar untuk menjadi yang terbaik di mata Alloh, bukan untuk diri sendiri tapi untuk kepentingan orang banyak”

Ada sedikit scene yang menampilkan anak-anak kecil telanjang tanpa busana dan dialog yang menurut saya terlalu pulgar. Tapi oper all, pilm ini recommended  untuk ditonton sebagai alternatip pilihan disaat kurangnya kualitas pilm-pilm Indonesia yang berkisah seputar horror, komedy sex dan lainnya yang kurang mendidik.

Sabtu, 11 September 2010

KCB (Bagian yang paling kusuka)

Tadi malam kembali menonton KCB 1 untuk yang kesekian kali. ada dua scene yang sangat menarik bagiku, yang pertama dalah ketika Ana Althafunnisa membacakan puisi tentang cinta dan yang kedua  adalah ketika fadhil bernyanyi di pernikahan Tiara.

Scene pertama, yang bikikn ane senyum-senyum sendiri, ketika Bintu Nahl (nama pena Ana) ditanya oleh salah satu peserta talkshow/bedah buka kumpulan cerpen Ayatul Husna yang berjudul "Menari Bersama Ombak" tentang apa itu cinta menurutnya. kemudian Ana menjawab dengan sebuah puisi Rumi dalam Diwan Shamel Tabriz: 

Sekalipun cinta telah kuuraikan 
dan kujelaskan panjang lebar 
namun jika cinta kudatangi, 
aku jadi malu pada keteranganku sendiri   

meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang 
namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang 
sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya 
kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta   

dalam menguraikan cinta, 
akal terbaring tak berdaya bagaikan keledai terbaring dalam lumpur 
cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan 

Puisi yang sungguh indah,, tak ada kata yang dapat menguraikan pengetian cinta keculi cinta itu sendiri, tak ada yang dapat menerangkan cinta seterang cinta cintu sendiri. 

Bagian ke-dua yang suka membuat butiran bening mengalir haru T.T (soooo saaaad).
Nah di bagian ini, ketika dua orang yang saling mencintai harus memutuskan cinta seputus-putusnya dalam penyesalan yang sedalam-dalamnya karena ketidak jujuran Padhil pada cintanya, ketidaktegasan Padhil pada perasaannya, ketidakberanian Padhil menghadapi keadaanya. Sekalipun Tiara sudah memohon padanya, meminta kejujuran, ketegasan, dan keberanian yang dicinta untuk menikahinya.

Ketika Padhil sudah merelakan Tiara untuk dinikahi temannya Zulkipli, ada perasaan ragu menghampirinya ketika Tiara mengirimi surat yang memintanya sekali lagi untuk menikahi Tiara sebelum rombongan Zulkipli datang. Disana Azzam berbicara "CINTA SEJATI ITU MENYEMBUHKAN, BUKAN MENYAKITKAN" Azzam meyakinkan Padhil untuk tidak terbawa perasaanya dan menentang badai dunia dan akhirat yang hanya akan membawa kehancuran pada diri mereka.

Dan bagian yang paling sedih ketika Padhil bernyanyi dengan bahasa Atjeh di pernikahan tiara, bernyanyi dengan suara sendu diiringi tangisan yang mengharu biru. Huaaaaaaa T.T (it must be so hurt) Ishbir ya Padhiiil ^^

salamu’alaikom warahmatullah
jaroe dua blah ateuh jeumala
jaroe lon siploh di ateuh ule
meuah lon lake bak kawom dumna
jaroe lon siploh di ateuh ubon
salamu’alaikom lon tegur sapa

jaroe lon siploh beuot sikureng
syarat ulon khen tanda mulia
jaroe sikureng lon beu ot lapan
geunan to timphan ngon aso kaya
jaroe lon lapan lon beuot tujoh
ranup lam bungkoh lon jok keu gata

artinya:

Salamu’alaikum warahmatullah
dua tangan menagkup bejana
10 jari diatas kepala
maaf saya untuk semuanya
sepuluh jari diatas kepala
assalamaualaikum saya menegur sapa

sepuluh jari saya angkat sembilan
syarat saya sampaikan tanda mulia
sembilan jari saya angkat delapan
penganti timphan dan asoe kaya
delapan jari saya angkat tujuh
bungkusan sirih saya berikan untuk anda

Bagian Mana yang anda suka dari KCB 1?