Rabu, 21 September 2011

Kang Surya Journey: Tapaktuan "The Dragon City"


Sekitar 8 jam perjalan dari Banda Aceh ke Arah Selatan menyusuri garis pantai samudra hindia. Sebuah kota kecil yang diapit perbukitan dan lautan menyimpan berjuta keindahan dibalut sebuah legenda cerita rakyat. Tapaktuan, the dragon city (kota naga).

Nama tapaktuan dan julukannya sebagai kota naga bukan tanpa alasan, nama itu didasari cerita rakyat yang diwariskan turntemurun. Alkisah pada jaman dahulu, terdapat sepasang naga yang tinggal disebuah bukit. Sepasang naga yang memiliki kesaktian luar biasa, nafasnya bias menghembuskan api, tiupannya bias menimbulkan gelombang tinggi. Disuatu saat sepasang naga itu melihat sebuah titik hitam dilautan yang mendekat ke garis pantai. Mereka tertarik dan mengamatinya dengan sesksama.

Semakin lama semakin dekat dan nampaklah titik hitam itu merupakan sebuah perahu yang dinaiki tiga orang manusia, suami istri dan seorang bayi perempuannya. Timbulah niat sang naga untuk mengambil bayinya tersebut karena memang sudah lama mereka mendambakan seorang putri.

Dengan sekali tiup terhempaslah perahu  tersbut. Dengan sigap sang naga mengambil putri manusia dan membawanya ke gua. Melihat wajah seram naga, tak ayal bayi itu menangis sejadijadinya. Sang naga lalu membuatkan sebuah taman agar bayi tersebut betah.
Mereka merawat sang putri hingga remaja. Suatu ketika, secara tak sengaja putri tersebut mendengar percakapan naga dan mendapati bahwa dirinya adalah seorang putri manusia, bukan putri naga.

Timbul keinginannya untuk pergi meninggalkan naga dan mencar kedua orangtuanya, namun ia takut karena sang naga pasti tidak akan mengizinkannya, selain itu ia tidak kuasa melawan kesaktian sang naga. Akhirnya ia menunggu sampai saat naga lengah.
Saat yang ia tunggu-tunggu akhirnya tiba, sang naga terlelaap setelah kelelahan berjalan-jalan diajak sang putri.  Ia diam-diam pergi meninggalkan naga dan mendapat pertolongan dari nelayan yang kebetulan lewat disekitar pulau naga.

Tak lama sang naga terbangun dan mendapati putri kesayangannya hilang. Mereka pun marah dan mencari kesanasini dan akhirnya melihat sebuah perahu yang membawa sang putri. Sang naga semakin marah mengira nelayan menculik putrinya. Mereka lalu mengejar perahu itu.

Sementara itu di sebuah gua yang lain, ada seorang pertapa (Tuan tapa) yang merasakan aka nada bahaya besar, kemudian ia keluar melihat sepasang naga mengejar perahu malang itu.
Dengan cepat pertapa menghadang naga itu di laut. Sang naga semakin marah dan mengeluarkan jurus-jurus sakitinya.

Namun nafas api membelah lautan dan duri beracun tak mampu menjatuhkan pertapa itu. Dengan sigap tuan tapa mengelak serangan-serangan sang naga. Lalu pertapa menyerang balik sang naga dengan tongkat saktinya. Sang naga yang kelelahan tak mampu mengimbangi kekuatan tuan tapa. Dipukulnya naga-naga itu bertubi-tubi. Naga betina kabur dari pertempuran dan menabrak sebuah pulau menjdaikan pulau tersebut terbelah dua yang sekarang ini disebut pulau dua oleh masyarakat.

Sementara itu tuan tapa dan naga terus bertempur hingga akhirnya naga jantan yang tak sempat kabur tewas ditangan tuan tapa. Darahnya tumpah kemana-mana dan mewarnai tanah dan batu disekitarnya. Tempat itulah yang sekarang disebut batu merah karena memang warna batu dan tanahnya merah. Kemudian tuan tapa memukul hati naga hingga berkepingkeping hingga menjadi hitam. Tempat itulah yang saat ini disebut batu itam karena semua batu di sana berwarna hitam.

Yah, begitulah kirakira kisah awal mula kota naga itu menurut masyarakat setempat. Terlepas dari kisah tersebut, kota naga ini memiliki keindahan yang luar biasa. Garis pantai yang panjang dan pasir putih yang cukup luas menjadikannya sangat pantas dikunjungi. Ombaknya yang cukup tinggi juga sering dimanfaatkan para pencinta surfing. Namun saying pengelolaan objek wisata di sini masih sangat minim. Pantai yang luas ini kurang terawat dan tertata rapi. Jika saja dikellola dengan baik, saya rasa pantai ditapaktuan ini bisa disejajarkan dengan pantai-pantai indah di Bali.
Jika reader ingin berkunjung ke tapaktuan, cukup membayar Rp150.000 dari banda aceh dengan naik Kijang rental atau L300, sebuah transportasi yang sering digunakan diwilayah Aceh. Biasanya L300 berangkat dari banda aceh sekitar jam 8 malam.

Jika berangkat pagi/siang hari, reader juga bisa menikmati keindahan pantai barat Aceh karena jalur yang digunakan berada di pesisir pantai barat Aceh. Perjalanan ke Tapaktuan memerlukan waktu sekitar 8 jam. jika berangkat malam hari biasanya sampai tepat waktu subuh. oh iya subuh di sini sekitar jam 5.20.

Di Tapatuan ada beberapa Hotel yang bisa menjadi pilihan. Ada hotel Metro dan Catherine yang tidak jauh dari pusat kota, tepatnya di pinggir laut sebelum Kantor Bupati dari arah banda. Ada juga hotel Dian rana yang tepat di garis pantai dengan view pantai dan samudra.

Penasaran dengan keindahan kota ini? Mari kita liat hasil jepretan saya :D

Lengkapnya liat di sini ^^


4 komentar: